Ia mengaku lahir dari keluarga pra sejahtera. Cita-citanya ingin kuliah sempat terbendung dua tahun pasca lulus SMA. Alasannya biaya. Namun takdir menghampiri impiannya. Ia lulus seleksi. Beasiswa mengantarkan namanya tertulis di kartu mahasiswa IKIP Siliwangi.
“Modal ikut seleksi karena pernah juara dua menyanyi di tingkat provinsi, semasa duduk di bangku SMA. Alhamdulillah lulus semua tahapan seleksi dan dapat jaminan beasiswa sampai gelar sarjana nanti,” ucapnya tersipuh.
Kini Erin hidup sendiri di Kota Cimahi. Orang tuanya petani di kampung. Tanpa suapan biaya dari keluarga, ia harus mampu hidup mandiri. ‘Ngekos’ di kamar berukuran tujuh langkah orang dewasa. Ia hidup sederhana, sering bergelut dengan gempuran gaya hidup hedon mahasiswa dari keluarga pengusaha, dan pejabat kaya.
“Untuk hidup sendiri mengandalkan beasiswa mungkin mampu, tapi saya punya tekad kuat ingin membantu orang tua dari hasil usaha. Dan juga berjualan merupakan peluang mengasah skill entrepreneur saya,” akunya.
Keinginannya menjadi seorang guru pun begitu mulia. Ia ingin menjadi pendidik yang melahirkan generasi muda berkualitas. Bahasa Inggris, merupakan bahasa yang digunakan masyarakat dunia. Menurutnya, itu menjadi gerbang generasi bangsa untuk menggapai cita-cita.
“Saya memilih lulusan guru bahasa Inggris karena ingin membantu mencerdaskan generasi muda bangsa ini. Semoga, generasi muda yang fasih bahasa Inggris memudahkan mereka nantinya menggapai cita-cita keluarga, bangsa, dan negara, juga agama,” harapnya.
Sosok Erin Resarinda masih muda, tapi keputusannya cukup dewasa. Ditempa dari keluarga tidak kaya. Kerja kerasnya ia tumpahkan untuk orang tua. Mahasiswa luar bisa, menolak berleha-leha karena beasiswa. (MG6)