JABAR EKSPRES – Beberapa pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh pimpinan Ponpes Al Zaytun (Panji Gumilang) membuat geram sebagian besar umat islam.
Pimpinan Al Zaytun tersebut memang sering kali melakukan hal-hal yang nyeleneh sehingga menimbulkan kontroversi.
PWNU Jawa Barat kemudian mengadakan Bahtsul Masail untuk mencerna seperti apa kontroversi yang dilakukan Panji Gumilang berdasarkan kitab-kitab turos yang ada di NU.
Pada hari Kamis (15/6/2023) PWNU Jawa Barat melalui lembaga Bahtsul Masail mendapatkan beberapa keputusan dan mengeluarkan rekomendasi.
“Apa yang diajarkan oleh pondok pesantren Al Zaytun oleh Panji Gumilang itu banyak penyimpangan-penyimpangan.” kata Ketua PWNU Jawa Barat, KH Juhadi Muhammad (20/6/2023).
Menurutnya ada banyak sekali penyimpangan dari ponpes tersebut sehingga sepatutnya pemerintah untuk melakukan tindakan tegas.
“Rekomendasinya adalah pemerintah agar segera menindak tegas kepada pengasuh pondok pesantren Al Zaytun yang telah banyak melakukan kontroversi yaitu menurut ajaran syariat Islam Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua agar masyarakat memproteksi dan stakeholder yang ada memproteksi masyarakatnya atau anaknya agar berhati-hati untuk menitipkan anaknya di pondok pesantren tersebut.
Rekomendasi ketiga masyarakat tetap tenang persoalan ini, kita serahkan semuanya kepada pemerintah kepada negara karena bagaimanapun kalau negara tidak hadir menurut saya ini akan terjadi gejolak yang sangat luar biasa. Oleh karena itu kami dari PWNU Jawa Barat dari hasil kajian ilmiah Bahtsul Masail meminta pemerintah agar segera hadir untuk mengusut tuntas apa yang terjadi di Ponpes Al Zaytun” Tambahnya.
Ada banyak polemik yang ditimbulkan oleh pondok pesantren pimpinan Panji Gumilang tersebut, seperti salam Yahudi dan sholat perempuan di depan bercampur dengan laki-laki.
Sementara itu MUI telah membentuk tim gabungan untuk menyelidiki penyimpangan yang dilakukan ponpes Al Zaytun.
“Majelis Ulama Indonesia secara khusus sudah membentuk tim gabungan antara komisi pengkajian dan komisi fatwa. Hari ini masih bekerja untuk mengumpulkan bukti-bukti sekaligus melakukan pengkajian apa yang terjadi khususnya terkait aspek pemahaman keagamaan.” ucap Asrorun Ni’am Sholeh.
MUI sendiri sudah beberapa kali melakukan kungjungan ke lapangan dan akan mengunjungi ponpes Al Zaytun lagi pada tanggal (21/06/2023).