JABAR EKSPRES- Gubernur Darfur Barat, Khamis Abbakar, meninggal dunia beberapa jam setelah secara terbuka menuduh milisi Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan milisi sekutunya melakukan genosida atau pembersihan etnis di Sudan.
Gubernur Khamis Abbakar tewas pada hari Rabu (14/6), menurut pernyataan dari kelompok bersenjata yang dipimpinnya.
Tidak ada informasi rinci tentang penyebab kematian gubernur tersebut, tetapi sumber pemerintah mengindikasikan bahwa RSF bertanggung jawab atas kematian Abbakar.
“Ada begitu banyak warga sipil yang terbunuh tanpa alasan,” kata Abbakar kepada TV Al-Hadath sebelumnya pada hari Rabu. Ia meminta intervensi dari masyarakat internasional.
RSF belum memberikan pernyataan mengenai kematian ini dalam tanggapannya.
Konflik antara militer Sudan dan RSF telah menciptakan krisis kemanusiaan di ibu kota Khartoum, serta di kota-kota besar di wilayah Kordofan dan Darfur.
Aktivis melaporkan bahwa sejak konflik pecah pertengahan April lalu di Kota El Geneina, ibu kota Darfur Barat, sudah terjadi sekitar 1.100 kematian.
Serangan yang awalnya terjadi di daerah El Geneina yang dihuni oleh masyarakat suku Masalit telah meluas ke seluruh kota, demikian kata Abbakar.
“Kami belum pernah melihat tentara meninggalkan pos mereka untuk melindungi rakyat,” kata Abbakar sebelum meninggal dunia.
Wilayah Darfur di Sudan telah dilanda konflik sejak awal tahun 2000-an, yang mengakibatkan jutaan orang mengungsi dan 300.000 orang tewas dalam serangan oleh milisi Arab yang dikenal sebagai Janjaweed.
Kelompok-kelompok semacam itu kemudian berkembang menjadi RSF yang pada tahun 2017 menjadi pasukan yang diakui oleh pemerintah.
RSF menggambarkan pertempuran di El Geneina sebagai konflik antar suku dan menuduh rezim sebelumnya sebagai pihak yang memprovokasi konflik tersebut.
Perang yang terjadi di Sudan selama hampir dua bulan terakhir masih berlanjut setelah pertempuran meletus di beberapa kota pada hari Rabu.
Asosiasi Pengacara Darfur yang memantau pertempuran antara kedua pihak tersebut melaporkan bahwa rumah-rumah di Nyala, ibu kota Sudan Selatan, terkena serangan artileri setelah pasukan RSF mengeluh tidak dibayar gaji.
Zalingei, ibu kota Darfur Tengah, berada dalam pengepungan, demikian kata asosiasi tersebut.