Konflik Sudan, Mahasiswa IUA Asal Bandung Barat Terancam Gagal Wisuda

JABAR EKSPRES – Mahasiswa Internasional University of Afrika (IUA) Sudan asal Kabupaten Bandung Barat (KBB) terpaksa harus dipulangkan ke kampung halamannya karena perang sengit antara paramiliter Rappid Support Forces (RSF) dan militer di Kota Khartoum.

Ai Siti Fatimah (25), warga Desa Cisomang Barat, Kecamatan Cikaongwetan akan wisuda pada bulan Oktober 2023 mendatang terancam gagal karena konflik masih memanas di Sudan.

Fathimah sapaan akrabnya, menuturkan konflik di Sudan membuat dirinya bersama rekan mahasiswa lainnya asal Bandung Barat Suherman Suwarna dideportasi sehingga harus menghentikan kuliahnya.

BACA JUGA: Biaya Ditanggung Alumni, Study Tour SMAN 21 Bandung akan Tetap Dilakukan

Sebelum ada serangan senjata, sejumlah warga terlebih dahulu melakukan aksi demonstrasi, disusul dengan suara ledakan dan desing peluru. Ia ingat betul kejadian itu terjadi pada 15 April 2023 sekitar pukul 09.00 pagi, hingga akhirnya terjadi konflik antara kedua kubu militer di Sudan.

“Semenjak konflik terjadi, kegiatan belajar mengajar jadi terganggu, dan kampus kami memang di ibu kota Sudan,” ujar Fathimah kepada wartawan, Jumat 26 Mei 2023.

Seusai suara ledakan, bukannya mereda, baku tembak semakin menjadi-jadi. Dengan rasa was-was, Fathimah dan mahasiswa lainnya harus dievakuasi ke lokasi yang aman.

“Sebelum dievakuasi, saya melihat keadaan dengan cara menaiki atap asrama. Kondisi sekitar sudah dikepung asap hitam, saya panik dan menangis,” ungkapnya.

Hari-hari mencekam sering dialami, terutama saat suara pesawat terdengar melintas di atas asrama. Disusul suara desingan peluru dan ledakan dari bom yang dijatuhkan oleh pesawat tersebut.

“Saya hanya bisa pasrah saat itu, saya dan teman-teman saling berpegangan dan merunduk dibawah kursi sambil mengangis melantunkan doa,” katanya.

Selama kontak senjata terjadi, Fathimah menyelamatkan diri di tenda pengungsian yang tak jauh dari kampus IUA. Selama 7 hari di pengungsian, Fathimah bersama ratusan warga lainnya harus makan seadanya. Pasalnya, pasokan logistik sulit masuk karena jalan menuju tempat pengungsian merupakan arena pertempuran senjata.

“Untuk pasokan logistik dan kebutuhan pokok sangat sulit kami dapatkan, jadi seadanya yang disediakan oleh kampus. Karena jalan menuju kampus sangat berbahaya jadi sangat sulit untuk menyalurkan bantuan,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan