Korea Utara Curi $2,3 Miliyar Kripto dari Seluruh Dunia

JABAR EKSPRES – Dalam 5 tahun terakhir, hacker Korea Utara secara aktif terus menerus mencuri $2,3 miliyar dalam kripto. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Elliptic dalam hasil studi yang dilakukannya. Elliptic merupakan lembaga pengamat blockchain.

Target utama hacker Korea Utara tersebut adalah pengguna kripto di Jepang, Vietnam, Amerika Serikat, dan Hongkong.

Pengguna Jepang menjadi korban terbesar dengan total kerugian $721 juta atau sekitar 30% dari seluruh hasil curian hacker Korea Utara. Kemudian, Vietnam mengalami kerugian sebesar $540 juta. Lalu, Amerika Serikat mengalami kerugian sebesar $497 juta. Terus, Hongkong mengalami kerugian sebesar $281 juta.

BACA JUGA: Rp60 Juta untuk Konser Coldplay? Mending Alihin ke Destinasi Liburan Ini!

Menurut lembaga Jetro Jepang, kerugian pengguna Jepang akibat serangan hacker Korea Utara bahkan 8,8 kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan daya ekspor Korea Utara di tahun 2021.

Hasil curian hacker Korea Utara ini merupakan pemasukan besar bagi negara Korea Utara. Berdasarkan data yang ada, ekspor negara Korea Utara berkisar antara $100 juta hingga $150 juta per tahun.

BACA JUGA: Krisis Moneter Asia 1997, Krisis Keuangan Terparah di Asia

Lazarus Group

Lazarus Group merupakan kelompok hacker yang dianggap berafiliasi dengan pemerintah Korea Utara. Grup ini melakukan serangan siber terhadap media dan institusi keuangan di berbagai negara sejak tahun 2012. Mereka mulai menyerang industri kripto sejak 2016.

Lazarus Group berhasil mencuri beberapa aset dari perusahaan-perusahaan besar di dunia, seperti.

  • Mencuri $7 juta dari exchange Bitthumb.
  • Mencuri 17% total aset exchange Youbit hingga bangkrut.
  • Mencuri 4.500 Bitcoin dari platform cloud mining NiceHash.
  • Mencuri $49 juta dari lembaga Kuwait, dll.

BACA JUGA: Miris! Investasi Negara Islam di Indonesia Begitu Sepi

Bagaimana dengan Pengguna Kripto Indonesia?

Seperti negara lainnya, Indonesia tentu saja tidak kebal dengan ancaman serangan siber. Baru-baru ini, salah satu bank besar di Indonesia diserang oleh Ransomware oleh grup hacker LockBit.

Walaupun begitu, tidak ada kerugian finansial atas serangan ini seperti yang menimpa pengguna kripto di Jepang, Vietnam, Hongkong, dan Amerika Serikat.

Dengan adanya isu ini, seharusnya membuat pemerintah Indonesia lebih waspada terhadap serangan siber. Diharapkan ada kolaborasi antara Kemenkominfo, BSSN, dan stakeholder terkait keamanan siber ini. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan