Pemilu 2024, Calon Pemimpin Paris Van Java Diminta Jangan Ecek-Ecek

BANDUNG – Tahun politik semakin dekat. Kota Bandung menjadi daerah yang cukup diperhatikan dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 mendatang.

Terkait hal itu, Keluarga RA Wiranatakusumah II, yakni Aom Roedy Wiranatakusumah mengatakan, untuk memimpin Kota Bandung tak bisa sembarangan.

“Bandung ini punya sejarah yang kuat, terdapat nilai agama yang bagus, nilai leluhur dan nilai-nilai yang agung,” kata Roedy kepada Jabar Ekspres melalui seluler, Jumat (5/5).

Diketahui, RA Wiranatakusumah II atau yang juga dikenal sebagai Dalem Kaum I. Wiranatakusumah II merupakan Bupati Bandung yang keenam. Menjabat dari 1794 hingga 1829. Dikenal juga sebagai Bapak Pendiri Kota Bandung.

Menurut Roedy, dengan sejarah panjang Kota Bandung, diperlukan calon pemimpin pada Pemilu 2024 mendatang, yang benar-benar peduli terhadap nilai-nilai leluhur serta kesejahteraan masyarakat.

“Bandung ini punya banyak keunikan, bahkan ada istilah Kota Bandung dibuat ketika Tuhan sedang tersenyum,” ujarnya.

Selain dijuluki Kota Kembang, Bandung pun kerap disebut sebagai Paris Van Java. Julukan tersebut sudah tersemat sekira sejak 1889 lalu di masa kolonial Hindia Belanda, bahkan terus dipopulerkan oleh Belanda

“Mengapa Bandung disebut Paris Van Java. Pusat ekonomi Jawa-Belanda sejarahnya ada di Bandung, pertukaran budaya juga banyak di Bandung,” ucap Roedy.

“Tentu kita harus punya pemimpin yang nilainya setinggi itu,” lanjutnya.

Diketahui, julukan Paris Van Java sengaja dibuat untuk menarik turis supaya berkunjung ke Hindia Belanda.

Tidak hanya Bandung, sejumlah kota di Indonesia saat itu juga diperkenalkan dengan julukan yang serupa, misalnya Venetie van Java untuk Batavia, Gibraltar van Java untuk Semarang, serta Switzerland van Java untuk Garut.

Selaras dengan yang disampaikan Roedy, pertukaran budaya hingga busana faktanya cukup banyak terjadi di Kota Bandung, yang juga dijuluki Paris Van Java.

Melalui informasi yang dihimpun Jabar Ekspres, Le Village Javanais (Kampung Jawa) di masa Hindia Belanda cukup populer dengan pertunjukan kesenian Sunda.

Sekira era 1900, gaya fesyen Bandung tergolong kekinian dengan kiblat ke Paris. Oleh sebab itu, Bandung sebagai Paris-nya Pulau Jawa muncul salah satunya karena menjadi pusat gaya busana di masa itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan