JABAR EKSPRES – Hari Raya Idul Fitri 2023 atau 1444 Hijriah, jadi momen manis yang bisa dirasakan oleh masyarakat di seluruh Indonesia.
Bagaimana tidak, setelah aktivitas dibatasi sejak 2020 sampai 2022 lalu akibat ancaman Covid-19, tahun ini masyarakat bisa kembali menggelar tradisi silaturahmi hingga mudik lebaran.
Budayawan Sunda asal Bandung, Budi Setiawan Garda Pandawa menyampaikan, tradisi yang kental dilakoni masyarakat tanah air, saat ini mulai terkikis.
”Kita harus bisa lihat dari dua sudut pandang. Memang ada satu yang hilang, tapi ada satu yang muncul hingga menjadi kontruksi kebudayaan baru,” kata Budi kepada Jabar Ekspres melalui seluler, Senin (24/4).
Pria yang akrab disapa Budi Dalton itu mengungkapkan, jika melihat budaya dan tradisi lama, tentu mempunyai nilai dari berbagai sisi.
Diketahui, sebagian besar penduduk Indonesia pada Idul Fitri tahun ini, melakukan pergerakan menuju kampung halaman atau melakukan tradisi mudik lebaran.
Tradisi tahunan yang sudah mengakar pada masyarakat Indonesia itu, rela ditempuh meski dengan perjalanan jauh, meskipun harus menghadapi kemacetan dan hambatan lainnya. Adapun tujuan akhir yakni supaya bisa bersilaturahmi.
”Budaya-budaya lama itu menyimpan nilai dari berbagai sisi di luar silaturahmi. Misalkan budaya ngabuburit, dulu warga berkumpul di Gedung Sate,” ujar Budi Dalton.
”Karena menunggu sirine untuk mengetahui waktu berbuka. Tapi sekarang tiap komplek sudah ada, bahkan tiap handphone ada jadwal adzan,” lanjutnya.
Budi Dalton menerangkan, budaya di momen ngabuburit zaman dulu, yang saat itu disebut pertemuan antara masyarakat bawah dengan masyarakat atas, berjumpanya di satu lokasi.
”Maka terjadi akulturasi antara budaya bawah dan budaya atas, di momen ngabuburit,” terangnya.
Budi Dalton menjelaskan, dari akulturasi budaya tersebut, dampaknya masyarakat bawah bisa melihat dan mengetahui perkembangan di kalangan atas.
”Begitu pula yang di atas, memahami budaya-budaya yang dilakukan oleh, sebut saja Bumi Putra,” jelasnya.
Budi Dalton mengakui, budaya silaturahmi baik saat menunggu waktu berbuka maupun momen lebaran, sudah mulai terkikis dengan adanya kemajuan digitalisasi.
”Sekarang tinggal kirim shareloc (membagikan lokasi). Jadi nilai ngabuburit, mengobrol dan bertatap mukanya berkurang, karena saat di lokasi sibuk dengan menu dan makan,” ucapnya.