Hal ini sesuai dengan Firman-Nya:
َ ُه . َر ا ي ََشًّ َّرةٍ ثَْقا َل َذ ْل مِ َ َْعم َ َم ْن ي َ ُه . و َر َخْْي ا ي َّرةٍ ثَْقا َل َذ ْل مِ َ َْعم َ ْن ي فَم
Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS Az Zalzalah: 7-8).
Jamaah Ṣalat ‘Id yang berhagia …
Telah kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhammad Saw. diutus juga sebagai rahmat:
َِم َْي َعال ْ ل ِ َْْح ة ل َ الَّ ر ِ نَا َك ا ْ ْرَسل أ َ َما َ و
“Kami tidak mengutus engkau wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam” (Q.S. Al Anbiya: 107) Maka Rasulullah Saw. berpesan:
… اءِ َ َّسم َْرَ ْْحُ ُْك َم ْن ِف ال ْرَُْحوا َم ْن ِف ا َألْرِض ي ِ … ا
… berkasih sayanglah kepada siapapun yang ada dibumi, niscaya Yang ada di langit akan mengasihi kalian … (HR. Abu Dawud no 4941) Dari Jarir bin Abdullah, dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
َس ) النَّا ُ َْرَحم ا َُِّل َم ْن َال ي ُ َْرَحم )رواه البخار َال ي ي
“Allah tidak akan menyayangi siapa saja yang tidak menyayangi manusia”. (H.R. Al-Bukhari) Jamaah Ṣalat ‘Id yang dirahmati oleh Allah. Di antara perwujudan bentuk kasih sayang yang mungkin relevan dengan konteks lebaran adalah; bersilaturrahim mengunjungi orang tua, keluarga, famili, teman kerja, dan sebagainya. Hal ini sebagai penguat kesucian setelah bulan Ramaḍan.
Jika bulan Ramaḍan telah difungsikan sebagai mesin pencuci hati dan jiwa dengan banyak mohon ampun kepada Allah SWT., maka akan lebih baik jika dilengkapi dengan saling memaafkan sesama manusia, karena hal ini haqqul adami yang harus diselesaikan, agar tidak ada lagi ganjalan baik dijalur hablum minallah maupun hablum minannas.
Maka tidak ada salahnya jika tradisi ini kemudian dikembangkan dan dilembagakan dengan istilah halal bi halal yang mungkin istilah ini sebagai tafaul optimisme adanya saling memaafkan atau saling menghalalkan segala kesalahan.
Banyak hadits Rasulullah Saw. yang menganjurkan bersilaturrahim, di antaranya:
ِْحَ ُه َ ِص ْل ر َ ي ْ فَل أثَ ِرهِ َ َهلُ ِِف َ َسآ ُنْ ي َ و َهلُ ِِف ِرْزقِهِ َسطَ ُبْ ْن ي أ َ َح َّ ِ أ َ َم ْن
“Siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahim.”
َس يْ َ ل هَا َ َ َصل ِْحُ ُه و َ َذا قَ َطَع ْت ر ِ ََّّلِى ا ا ِص ُل ا َ و ْ ِكن ال َ ل َ َاكِِفِ ، و ُ م ْ ا ِص ُل ِابل َ و ْ ال
“orang yang menyambung silaturahim bukanlah orang yang hanya sekedar saling membalas kebaikan/saling berkunjung, akan tetapi orang yang menyambung silaturahim adalah orang yang berusaha menyambung kembali hubungan yang telah terputus.” (HR. Bukhari).
Tentu pada saat pandemi seperti ini silaturrahim tidak harus kantak fisik seperti biasanya, hal ini bisa disiasati dengan menerapkan protokol kesehatan, HP, atau menggunakan teknologi komunikasi lainnya. Demikian khutbah awal yang dapat khatib sampaikan, yang intinya; khatib mengajak kepada para jamaah untuk hidup rukun, saling menyayangi, saling membantu, saling menolong, saling menghormati, saling bersilaturrahim, dan saling memaafkan, agar mendapat rahmat dari Allah SWT.