Tentara Israel Menembakan Gas Air Mata ke Stadion Saat Laga Piala Liga Palestina, FIFA Standar Ganda?

JABAR EKSPRES – Tragedi baru terjadi saat tentara Israel menembakan Gas Air Mata saat laga piala liga Palestina Balata FC vs Jabal Al-Mukaber (30/3/2023)

Mengutip dari @Faktabola, Kejadian ini membuat suasana di stadion menjadi kacau dan para supporter mengalami perih di mata dan kesulitan bernafas.

Kepanikan timbul saat gas air mata meluncur ke arah stadion dan orang-orang menghidari gas air mata sambil berdesak-desakan.

Banyak orang yang luka-luka hingga kedua tim pemain dan penonton harus mendapatkan perawatan akibat dari tembakan gas air mata itu.

Hingga laga sempat terhenti sekitar 30 menit. Lalu setelahnya laga dilanjutkan kembali hingga pertandingan selesai dengan skor 1-0 untuk kemenanangan Jabel Al-Mukaber.

Melansir dari berbagai sumber Jibril Rajoub sebagai pengurus Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) berniat untuk menghubungi organisasi sepak bola di seluruh dunia, termasuk Asosiasi Sepak Bola Internasional dan wilayah Asia, guna memberantas terorisme yang menyerang olahraga dan atlet Palestina.

Meski dua hari telah berlalu sejak insiden tersebut terjadi, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) belum memberikan respons yang memadai baik melalui situs web resmi maupun platform media sosial Presidennya, Gianni Infantino.

Mirisnya, Gianni Infantino diketahui malah bermain “fun football” di Paraguay saat ia menghadiri pertemuan negara anggota konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL) hari Kamis (30/3/2023).

Situasi tersebut telah menimbulkan pertanyaan yang signifikan mengenai sikap FIFA yang semakin banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. FIFA dianggap menerapkan standar ganda dalam mengatasi masalah antara Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina.

Pada saat Rusia dihukum dengan larangan bertanding karena melakukan agresi terhadap Ukraina, FIFA justru membiarkan Israel berpartisipasi dalam event-event internasional di tengah konflik yang terus berlanjut dengan Palestina. Hal ini menimbulkan keraguan mengenai konsistensi FIFA dalam menjalankan kebijakannya.

Selain itu, FIFA baru-baru ini mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 tanpa memberikan rincian alasan yang jelas. Namun, keputusan yang tegas ini diduga karena ada gelombang penolakan terhadap kedatangan Israel di Indonesia.

Munculnya pertanyaan tentang konsistensi kebijakan FIFA dalam mengatasi masalah ini perlu dijawab dengan jelas dan transparan agar tidak menimbulkan spekulasi dan konflik yang lebih besar di masa depan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan