JABAR EKSPRES – Penyakit hewan ternak sapi berupa Lumpy Skin Disease (LSD) terdeteksi menyerang seekor sapi perah milik peternak di Kampung Batuloceng, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Penemuan penyakit tersebut, berawal dari seorang peternak sapi perah yang melapor pada pihak Dispernakan KBB terkait ternaknya alami gejala sakit.
Menindak lanjuti laporan tersebut, akhirnya sapi pun dibawa untuk dilakukan pemeriksaan hingga akhirnya sapi itu dinyatakan positif terjangkit LSD.
Kepala Dispernakan KBB Undang Husni Thamrin melalui Kabid Keswan Acep Rohimat mengatakan, sapi tersebut dinyatakan positif terkena LSD setelah dilakukan pemeriksaan sampel darah di Laboratorium Balai Veteriner Subang.
”Setelah uji sampel sapi tersebut positif terjangkit LSD. Untuk pencegahan penularan kepada sapi lainnya saat itu juga dilaksanakan pemotongan bersyarat,” katanya melaui sambungan telepon, Jumat (24/3).
Meski sapi tersebut harus dipotong, namun peternak tidak menderita kerugian. Sebab, sapi yang dipotong mendapat penggantian dari KPSBU Lembang.
”Dengan berbagai pertimbangan kami memilihsapi itu untuk dikubur. Sebenarnya sapi yang positif LSD aman untuk dikonsumsi,” jelasnya.
Berdasarkan anamnese, lanjutnya, sapi mengalami demam, tidak nafsu makan dan muncul bentol-bentol.
”Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium sapi betina itu berumur sembilan tahun dan di diagnosa menderita LSD,” terangnya.
Dia menuturkan, pemusnahan atau pemotongan bersyarat tersebut mejadi kesepakatan bersama antara peternak, pihak KPSBU, serta berkoordinasi dengan RT/RW setempat serta pihak Dispernakan KBB.
Untuk petugas yang melakukan pemotong dan restrain sendiri, menggunakan alat pelindung diri (APD). Selain itu, di lokasi penguburan pun dilakukan penyemprotan cairan disinfektan.
”Penguburan itu dilakukan untuk memastikan ternak yang dimusnahkan tidak mencemari lingkungan dan menularkan, sehingga APD yang digunakan petugas ikut dikuburkan,” tuturnya.
Dia memastikan jika kasus LSD di Batuloceng merupakan yang pertama terjadi di KBB. Untuk mencegah kasus serupa muncul, Dispernakan KBB bakal melakukan sosialisasi kepada peternak tentang pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan sanitasi kandang.
Tidak hanya itu, Dispernakan juga bakal membatasi lalu lintas ternak, apabila ada ternak yang belum vaksin maka segera dilakukan vaksinasi.