JABAR EKSPRES- Memasuki bulan Ramadhan, pemerintah berencana untuk impor beras. Dikarenakan stok beras di Indonesia jauh dari jumlah ideal.
Hal ini mengkhawatirkan karena akan berdampak pada harga beras yang akan terus melonjak jika tida segera di tangani.
Sehingga, pemerintah membuka kembali kemungkinan untuk impor beras sebanyak 500 ribu ton untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan saat Ramadan dan Idul Fitri 2023. Namun, impor beras hanya akan dilakukan jika benar-benar dibutuhkan.
Ketersediaan Beras Masih Kurang Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan bahwa ketersediaan beras di Perum Bulog saat ini tinggal sekitar 282 ribu ton.
Sedangkan, ketersediaan beras di Bulog idealnya adalah sebesar 1,5 juta ton. Ini berarti jumlah yang tersedia masih jauh di bawah stok ideal.
Namun, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan sebenarnya saat ini sedang memasuki masa panen raya.
Oleh karena itu, pemerintah akan mempertimbangkan kembali keputusan impor setelah melihat jumlah beras yang dihasilkan saat panen raya.
Mendag juga mengatakan bahwa harga beras belum menunjukkan penurunan karena stoknya yang menipis, sehingga harganya berpotensi akan melonjak naik menjelang Ramadan.
Itu sebabnya opsi impor akan dipertimbangkan, mengingat harga beras yang akan terus naik apabila stoknya semakin menipis.
Oleh karena itu, walaupun berat, karena saya ini sebetulnya tidak setuju dengan impor-impor itu.
Tapi tidak ada pilihan, kemarin diputuskan kembali 500 ribu ton tapi jika memang sangat perlu, karena sekarang juga sedikit lagi panen raya.
Hal ini bukanlah impor pertama kali yang di lakukan pemerintah Indonesia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sudah memberikan perintah untuk Menteri Perdagangan terkait impor beras sebanyak 500 ribu ton pada 2022 lalu.
Tahap pertama impor itu adalah sebanyak 200 ribu ton dan ditargetkan untuk selesai pada Desember 2022. Sedangkan, tahap keduanya adalah sebesar 300 ribu ton pada Januari-Februari 2023.