Muhammadiyah Menetapkan Hasil Hisab Bulan Suci Ramadhan!

JABAR EKSPRES – Dalam acara Konferensi Pers Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Sayuti selaku sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah resmi menyampaikan langsung tentang penetapan hasil Hisab Bulan Suci Ramadhan.

Penetapan ini dilakukan di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro, No.23, Kota Yogyakarta. Acara ini juga dihadiri oleh para Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang Diantaranya:

  • Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
  • Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid Syamsul Anwar
  • Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Oman Fathurrohman

Melansir dari website muhammdiyah.or.id Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan Bulan Suci Ramadhan 1444 H jatuh pada hari Kamis, 23 Maret 2023, 1 Syawal 1444 H pada hari Jumat, 21 April 2023, dan 1 Zulhijjah 1444 H pada hari Senin, 19 Juni 2023.

Baca juga: Korea Selatan Mencabut Penggunaan Masker di Transportasi Umum!

Menurut Syamsul Anwar penetapan 1 Ramadhan ini kemungkinan sama dengan pemerintah. Kecuali pada awal bulan Syawal dan Zulhijjah memiliki potensi yang berbeda dengan pemerintah.

“Potensi perbedaan ada pada awal Syawal dan Zulhijjah hal ini karena menurut kriteria MABIMS bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat” ujarnya

Sedangkan Kementrian Agama akan melakukan Sidang Isbat pada hari Rabu, 22 Maret 2023 untuk penetapan awal Ramadhan 1444 Hijriah.

“Seperti biasa, Sidang Isbat Awal Ramadhan akan kita laksanakan setiap 29 Syakban. Tahun ini, bertepatan dengan hari Rabu, 22 Maret 2023” ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementrian Agama, Adib, di Jakarta, Rabu (8/3/2023).

Dalam perbedaan ini Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengingatkan jika ada perbedaan untuk bisa bersikap saling menghormati dan menghargai agar tidak menjadi sumber perpecahan. Umat Islam Indonesia sudah memiliki pengalaman dan perbedaan.

Maka dari itu adanya perbedaan kita harus lebih bertolenrasi atau tasamuh.

“Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita Umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut nadi perjuangan perjalanan sejarah Umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai.” Imbuhnya. (aan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan