Kompetisi Bisnis Digital Santripreneur Jadikan Pesantren Tangguh dan Maju

JABAR EKSPRES – Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum menilai Kompetisi Bisnis Digital Santripreneur bisa menjadikan Pesantren Tangguh dan Maju.

Hal itu diungkapkan Uu saat menghadiri Kompetisi Bisnis Digital Santripreneur di Pondok Pesantren Persatuan Islam 259 Firdaus di Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/3).

Uu pun mengapresiasi kegiatan tersebut. Terlebih, dalam kompetisi itu, digelar juga pelatihan digital ekonomi yang bisa membantu mewujudkan ekonomi pondok pesantren (ponpes).

”Saya ucapkan terima kasih, karena salah satu visi misi kami adalah membangun ekonomi pesantren dengan kata lain Pesantren Juara,” ujar Uu.

Menurut Uu, kompetisi bisnis digital santripreneur yang diadakan oleh Shopee Barokah tersebut bisa meringankan beban pemerintah.

Sebab, melalui kompetisi ini ada perusahaan yang mau membantu modal dan memberikan pelatihan.

”Nah sekarang ada komunitas atau perusahaan yang mau membantu mewujudkan ini, tentu saja sangat meringankan beban kami (pemerintah),” ujar Uu.

Selain itu, lanjutnya, kompetisi bisnis digital santripreneur juga bisa memunculkan para santri yang sukses dalam bidang digital.

”Para santri harus bisa berbisnis lewat dunia digital, sehingga setiap ponpes nantinya memiliki sumber ekonomi yang tangguh dan kuat agar semakin maju,” imbuhnya.

Dia pun berharap, semua pesantren di Jawa Barat memiliki sumber ekonomi yang tangguh dan kuat agar semakin maju.

Selama ini, lanjutnya, salah satu kelemahan Ponpes di Jawa Barat adalah kekurangan dalam bidang ekonomi.

”Tidak punya sumber uang, jadi hanya mengandalkan dari bayaran para santri, zakat, infaq, dan shodaqoh dari para agniya,” bebernya.

Namun, dengan adanya pendapatan digital ekonomi, maka hal itu bisa menjadikan pesantren tetap eksis dengan pendapatan khusus. ”Kalau punya pendapatan khusus, insyaallah pesantren dapat tetap eksis,” ucapnya.

Dengan digital ekonomi, ke depan para santri akan dididik agar bisa menjadi pengusaha, namun tidak merusak jati dirinya sebagai seorang santri.

”Artinya kesantrian jangan hilang, keulamaan kalau sudah jadi ulama jangan ilang, dan eksistensi pesantrennya sebagai pendidik yang mempelajari ilmu dari ponpes misal fiqh, tauhid kemudian balaghoh, nahwu shorof, hadits quran dan yang lainnya tidak hilang dengan lahirnya ekonom-ekonom dari pondok pesantren,” pungkasnya. (mg6/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan