Pengamat Sebut, Penglolaan Buruk Bisa Mengakibatkan Transportasi Umum Punah

Jabarekspres.com – Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno menuyebut jika pengguna angkutan perkotaan mengalami penurunan secara signifikan.

Menurutnya, ketika masyarakat semakin tumbuh rasa ketergantungan terhadap penggunaan kendaraan pribadi, jika dibiarkan maka cukup menimbulkan dampak yang serius.

”Apabila dibiarkan, maka angkutan perkotaan terancam punah,” kata Djoko melalui seluler, Minggu (19/2).

Menurutnya, saat ini beberapa kota di wilayah Indonesia sudah ada yang mengalami hal demikian alias tak punya lagi angkutan umum yang memadai.

”Jikapun ada, hanya tinggal sisa armada yang masih mampu beroperasi apa adanya. Namun sudah tidak bisa lagi melakukan peremajaan,” ujarnya.

Djoko menerangkan, penyelamatan transportasi umum perkotaan harus menjadi perhatian dan diprioritaskan oleh pemerintah.

”Intervensi pemerintah dibutuhkan untuk meremajakan kembali, atau rejuvinate dan mengembalikan daya saing angkutan perkotaan,” terangnya.

Djoko menilai, penerapan skema pembelian pelayanan (buy the service), merupakan intervensi yang dilakukan pemerintah dengan membeli produksi layanan angkutan perkotaan.

Manajemen transportasi skema buy the service, tidak menggunakan sistem setoran yang mana pengemudi mendapat gaji bulanan.

”Tapi operator hanya berkonsentrasi pada pelayanan, pembayaran sesuai dengan kilometer layanan, dan mempunyai standar pelayanan tertentu,” bebernya.

Diketahui, menurut data dari Ditjenhubdat pada 18 Januari 2023 lalu, di 10 kota dilayani 47 koridor dengan 741 unit bus dan 111 angkutan.

Maka total penumpang yang diangkut sebanyak 40 juta 897 ribu 481 jiwa, dengan tingkat isian atau load factor berjumlah 44,24 persen.

Profil penumpang berdasarkan kelompok usia didominasi oleh pengguna dengan usia 21-30 tahun (40,24 persen) yang merupakan usia produktif.

Berikutnya usia lebih dari 41 tahun (21,63 persen), 31-40 tahun (21,43 persen), usia 17-20 tahun (12,37 persen) dan usia kurang dari 17 tahun (4,33 persen).

Sementara profil penumpang berdasarkan kendaraan yang dimiliki, sebagian besar penggunan layanan memiliki kendaraan pribadi.

Sepeda motor 61,17 persen, sepeda motor dan mobil 14,29 persen, tidak memiliki kendaraan pribadi 13,08 persen, sepeda 6,94 persen dan mobil pribadi 4,53 persen.

Merujuk pada data tersebut, Djoko mengungkapkan, ada peralihan pemakai sepeda motor yang sebelumnya menggunakan bus sebanyak 62 persen.

”Rata-rata tingkat isian statis sebelum berbayar 79,73 persen, namun sesudah berbayar per 31 Oktober 2022 ada penurunan jadi 35,56 persen. Sehingga tingkat isian stasis menjadi 51,38 persen,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan