BANDUNG – Langkah Pemkot Bandung tampaknya keliru dalam menangani persoalan banjir Kota Bandung dengan membangun kolam retensi. Pasalnya, kolam retensi dinilai bukan solusi untuk penanggulangan banjir Kota Bandung.
Namun, pemkot sudah terlanjur menganggarkan Rp 300 miliar untuk menambah empat kolam retensi yang diklaim mampu mengatasi masalah banjir Kota Bandung.
Semua warga Kota Bandung tentunya berharap agar anggaran fantastis yang digelontorkan pemkot itu tepat sasaran dan mampu menyelesaikan persoalan banjir Kota Bandung hingga tuntas. Langkah pemkot ini layak ditunggu hasil ke depannya.
Jika berhasil dan mampu menyelesaikan masalah banjir, tentunya langkah pemkot tersebut layak mendapatkan acungan jempol. Tetapi jika sebaliknya, maka akan sia-sia dan menjadi proyek gagal total.
Menurut Ketua Walhi Jabar, Dedi Kurniawan, yang jadi persoalan di Kota Bandung itu bukan seringnya air meluap hingga ke jalan, tapi sudah tidak ada atau minim sekali resapan air.
“Jangan hanya fokus menangani cara supaya banjir Kota Bandung cepat surut, tetapi dilakukan juga solusi pencegahannya,” kata Dedi melalui seluler, Jumat (27/1).
Dia mengungkapkan, minimnya resapan air membuat wilayah Kota Bandung kerap dihantui banjir, sebab lahan sudah banyak dipakai pembangunan serta saluran drainase yang tidak teratur.
Dedi menilai, keberadaan kolam retensi yang dibangun Pemkot Bandung sebagai upaya penanganan banjir, fungsinya hanya bisa menampung debit air yang berlebih.
“Begitu juga poma air itu, fungsinya supaya banjir Kota Bandung tidak berangsur lama, supaya genangan lebih cepat dialirkan ke sungai,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Dedi mengatakan, upaya-upaya tersebut tak akan bisa mengatasi banjir secara menyeluruh, hanya sebatas mempercepat waktu surutnya genangan air.
“Artinya banjir akan tetap ada, cuma lebih dipercepat saja genangannya. Akan beda halnya ketika dibenahi drainase sebagai upaya pencegahan,” ucapnya.
Banjir Kota Bandung Akibat Banyak Proyek Abai dengan Saluran Drainase
Dijelaskan Dedi, jika persoalan banjir dikaitkan dengan sampah, untuk wilayah Kota Bandung bukan menjadi faktor utama, sebab kebiasaan dan kepedulian masyarakat pada lingkungan kini sudah berubah.
Adapun faktor utama sering terjadinya genangan air di beberapa titik Kota Bandung terutama kawasan Pasar Induk Gedebage, disebabkan akibat alih fungsi lahan. Syangnya, pemkot dalam penanggulangan banjir itu sama sekali tidak menyentuh lokasi Gedebage.