Edisi 17 Januari 2023: Sobekan Irawan
Agus Suryono
LEAD DAN JUDUL.. Orang lain merdeka tahun 1945. Saya merdeka tahun 1971. Tadinya saya ikut orang. Menjadi ART. Dari kelas 2 SD sampai kelas 2 SMP. Saya tidak jadi ART lagi sejak cerita anak2 yang saya tulis rutin dimuat di majalah anaj-anak Gatotkoco, suplemen harian KR Yogya. Kemudian juga rutin menulis di majalah SEMANGAT (majalah muda-mudi Katholik), harian El Bahar, Mingguan MM, Scientiae, dll. Sampai-sampai, saat SMA sempat bercita-cita jadi penulis dan atau pengarang. Tapi kemudian batal. Gara-gara, setiap hari sulit tidur. Dan setiap pagi, saat jongkok (maaf), sambil melamunkan isi tulisan. Sampai sering dikwtok-ketok pintunya. “Hei, gantian..” Tetapi yang paling berat adalah melamunkan judul dan lead. Saat itu dalam gaya saya menulis, termasuk menulis lead dan judul, saya ikutan majalah Tempo: “Paduan antara karya sastra dan jurnalistik.” Akhirnya masuk BUMN. Dan karier saya terbantu karena terbiasa menulis itu. Sempat juga saat udah tua, ditunjuk jadi pemimpin redaksi majalah profesi.. #riwayatku..
bagus aryo sutikno
Berarti Bli Leong kaum MODERAT cak Mul. MOdal DEngkul dan uRAT. Ha… Ha… Ha…
bagus aryo sutikno
LEAD komen diatas, “LEONG sugih tanpo bondho”. Leong kaya tanpa harta.
Leong putu
Saya yakin, menemukan “Lead” itu tidaklah sesulit menemukan suami seperti saya. (Bukan bermaksud sombong) Laki-laki yang begitu berbobot, bibit bebetnya begitu unggul. ( gak ngecap ) Ganteng sabar baik hati tidak sombong dan suka menolong ( gak bermaksud riy’a ). Hanya satu nilai minusnya. Tabungannya gak banyak. …. #harus sabar.
bagus aryo sutikno
Yen nggawe hape, ora dadi crito. Pada mudeng apa endak sik konco2ki. Ini kisah lakonnya ARJUNO nggedek dele. Jadi jangan tanya kenapa nggak pakai mesin perontok kedelai. Trah lakon’ne ngunu lho pak De
AnalisAsalAsalan
Kalau Abah berkenan, tolong sampaikan kritik saya untuk drg. Irawan. Bahasa juga tentang rasa. Kesan yang saya rasakan setelah membaca tulisan Anda adalah Anda seorang pendendam. Setelah curhat tentang angka mati, seharusnya Anda melanjutkan dengan, “Namun, itu semua justru membuat saya tertantang untuk membuktikan bahwa saya memang hebat dalam berpuisi.” Anda memang menulis sebuah doa untuk guru Anda. Namun, karena doa itu terletak setelah kekecewaan, maka doa tersebut terkesan tidak tulus, bahkan sebuah makian atas kebodohan guru Anda. Anda pun memvonis beliau telah melakukan dosa. Apakah Anda seorang malaikat? Atau Anda dapat WA dari Tuhan bahwa kekhilafan guru Anda memang tercatat sebagai dosa? Berhati-hatilah dalam menulis.