BRI Berikan Dukungan untuk Usaha Daur Ulang Sampah di Papua

JABAREKSPRESKeberadaan sampah yang berada di wilayah hutan konsevasi mangrove menjadi rezeki tersendiri bagi Petronella warga Kampung enggos, Kota Jayapura, Povinsi Papua.

Ketika melihat sampah yang berserakan di kawasan Mangrove, Petronella tergerak hatinya untuk mengumpulkan sampah-sampah itu.

Sampah yang kebanyakan dari bahan plastik itu, kemudian dikumpulkan oleh Peronella untuk didaur ulang untuk dibuat kerajinnan tangan.

Petronella memulai kegiatan itu sejak 2005. Dia merupakan anggota kelompok penghijauan hutan mangrove yang berada di wilayah konservasi.

Kelompok tersebut bertugas menanam dan menjaga lingkungan supaya tetap bersih.

“Di Enggos banyak sampah, terus saya lihat sampah itu saya tertarik. Saya yakin sampah ini bisa menghasilkan sesuatu,” kata Petronela.

Banyak orang yang menganggap keberadaan sampah itu masalah. Namun, bagi dia sampah justru berkat.

Akan tetapi dengan mengelola sampah, bisa menjadi bernilai, dengan cara membuat berbagai kerajinan dan cenderamata.

Sampah yang dipungut berupa plastik, botol plastik, kayu, kawat sisa kabel, bisa disulap menjadi berbagai kerajinan tangan.

Bahkan, berkat keterampilannya barang kerajinan yang berasal dari nbahan daur ulang tersebut dikombinasikan dengan cangkang kerang, dan aksesoris Papua.

“Sendok-sendok plastik bekas sendok makan itu bisa saya buat lampion. Kalau sampah kerang saya buat boneka, vas bunga, dan bermacam-macam kerajinan dari sampah lainnya,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, Petronella kemudia membentuk kelompok usaha dengan nama IBAYAUW.

Kelompok usaha ini mengkoordinir ibu-ibu di sekitar lingkungan yang juga memproduksi kerajinan tangan dari sampah.

“Saya merasa terpanggil bagaimana bisa membawa ibu-ibu itu bisa produktif usaha dan tidak tergantung pada suami,” katanya.

Dalam menjalankan usahanya itu, Pertronella bersama rekan-rekannya terus mengembangkan kelompok usaha dengan mencari patner kerja..

Kelompok usaha IBAYAW sendiri dibentuk pada 2019, yang beranggotakan 15 orang dan mampu memproduksi berbagai produk kerajinan tangan.

Berkat keuletannya, alhirnya kelompok IBAYAW mendapat perhatian dari pemerintah berupa modal usaha untuk mengembangkan bisnis kerajinan tangannya itu.

Bantuan dari BRI juga diberikan untuk mengembagkan kelompok usaha dalam memperluas hasil kerajinan tangan itu.

Untuk memasarkan produk kerajinan tangannya harus menunggu momentum besar seperti festival, atau pameran, maupun acara lainnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan