BANDUNG – Presiden Joko Widodo atau Jokowi menanggapi isu kemungkinan melakukan reshuffle kabinet atau perombakan menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Isu tersebut mencuat setelah ada lembaga survei menyebut mayoritas publik setuju Jokowi merombak kabinetnya.
Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menyebutkan bahwa perombakan kabinet memiliki tantangan tersendiri.
Pertama, stabilitas politik di pemerintahan Jokowi tentu terganggu. Partai yang kadernya terdepak dari kabinet berkemungkinan akan mengambil posisi berbeda (oposisi) menjelang Pemilu 2024.
Kedua, Jokowi tentu tidak bisa menghindari peluang pergantian kabinet, pada saat publik mendesak agar ada pergantian kabinet.
Menurutnya, pada sisi lain, anggota koalisi partai yang pendukung pemerintah tentu memanfaatkan peluang ini, agar jatah kursi untuk partainya di tambah jika ada kader partai lain yang keluar.
Ketiga, anggota koalisi lain atau pendukung Presiden tentu menilai peluang pergantian kabinet itu untuk kader Partai Nasdem, dimana setelah deklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden diduga menyebabkan hubungan NasDem dengan Jokowi mulai dingin sehingga ada yang memanfaatkan peluang ini.
“Pergantian kabinet ini tentu tidak mudah. Siapa yang keluar dari kursi kabinet? Tentu melihat peluang oposisi yang masih terbuka terhadap pemerintahan Joko Widodo untuk merebut simpati publik 2024,” kata Arifki di Kota Bandung, Minggu (25/12).
“Secara pribadi presiden tidak terbebani karena tidak lagi maju sebagai capres. Tetapi, narasi politik pasca 2024 tentu akan lebih sulit dan menyebabkan Jokowi atau parpol lain juga berkepentingan”, imbuh Arifki
Dia menjelaskan, sinyal pergantian kabinet itu tentu sudah didorong oleh anggota koalisi lainnya agar kader Partai NasDem keluar dari kabinet. NasDem tentu dilema dengan pilihan politik yang diambilnya.
“Sebagai partai politik mendukung figur populer di tahun 2024 tentu menguntungkan bagi partai yang tidak memiliki kandidat capres. Tetapi, sikap NasDem ini dinilai sebagai partai koalisi lain, partai pemerintah rasa oposisi,” jelas dia.
Pada sisi lain, NasDem partai yang mendukung Jokowi sejak awal pemerintahan. Sikap politik yang diambil oleh NasDem realitis dengan mencari figur populer agar berdampak kepada suara partai setelah Jokowi tidak lagi maju sebagai capres.