Taman Nasional Gunung Halimun Bogor Kedatangan 19 Kukang Jawa

BOGOR – Sebanyak 19 hewan kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) dilepasliarkan di Kawasan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Kabupaten Bogor.

Tim Gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama Yayasan International Animal Rescue (YIAR) turun langsung ke lokasi.

Kukang-kukang tersebut berasal dari penyerahan warga di sekitar Jawa Barat yang diserahkan kepada BBKSDA Jawa Barat, Yogyakarta dan temuan akibat kecelakaan atau terluka.

 

Kemudian hewan dilindungi ini mendapatkan perawatan untuk menjalani penanganan medis dan proses rehabilitasi di YIAR, Kecamatan Ciapus, kabupaten Bogor,  sebelum dikembalikan ke habitat aslinya.

Kepala Balai BBKSDA Jawa Barat, Irawan Asaad mengatakan, pemilihan tempat pelepasliaran ini telah melalui proses survei yang panjang. Kawasan TNGHS menjadi pilihan dikarenakan memiliki luas 113.357 HA.

“Selain luas juga kesediaan pakannya melimpah seperti tumbuhan puspa, bubuay, sawalung dan rotan,” ujar Irawan Asaad, Senin (19/12).

 

19 kukang jawa tersebut terdiri dari 13 individu kukang betina bernama Arsi, Incess, Jet, Krev, Maroon, Pahing, Rael, Relish, Rem, Respati, Slow, Slowmo, dan Travis.

 

Kemudian kukang jantan sebanyak 6 individu bernama Aurette, Egi, Lawson, Pelupu, Scar, dan Pipiw. Kukang-kukang ini berasal dari penyerahan warga di sekitar Jawa Barat ke BBKSDA Jawa Barat, penyerahan ke BKSDA Yogyakarta, dan temuan akibat kecelakaan atau terluka.

 

Kukang yang dilepasliarkan akan menjalani proses habituasi selama 4 sampai 5 hari di dalam kawasan TNGHS tersebut. Selama masa habituasi itu petugas selalu mengamati perilaku hewan endemik Jawa itu.

 

“Pelepasliaran ini akan menjadi pelajaran bahwa kolaborasi para pihak termasuk masyarakat dalam upaya konservasi satwa liar perlu dilakukan,” tambahnya.

Momentum ini menunjukkan bahwa peran masyarakat akan pentingnya konservasi menjadi meningkat dan semakin baik.

“Ini bukan kali pertama kita melepaskan kukung ka habitatnya, jadi agenda rutin kami,” bebernya.

Sementara itu, Direktur YIAR Karmele Llano Sanchez mengungkapkan, kolaborasi ini harus terus dilakukan dan ditingkatkan, agar konservasi kukang bisa terjaga dan aman hidup di dalam habitat aslinya.

“Kami berharap kolaborasi dan sinergitas ini bisa terus berjalan sehingga dapat bersama menjaga hutan kita agar rumah tempat satwa-satwa liar itu bisa terjaga,” pungkasnya (sfr)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan