Durian Tarmidji

 

Muin TV

Kalau saya, pas ziarah di Gunung Kawi dapat angka 19, turun dari Gunung Kawi, langsung pasang togel. Siapa tahu keluar angka 19. Dan jadi kaya raya. wkwkwkwk…….

 

Fiona Handoko

bpk dahlan. saya sempat berpikir, apa bpk ke gunung kawi utk tanya masa depan jurnalistik di wakanda?

 

Dodik Wiratmojo

Inget gunung kawi inget cerita2 pesugihan, bisa kaya raya tapi anaknya jd idiot plonga plongo dititipin di rsj, tanpa sepengetahuan anggota keluarga dijadiin tumbal , ada candi dr manusia jk ada yg bs melihat, itu hanya konon sih.. Yuukk ngopi…

Juve Zhang

Kisah nyata kerabat yg datang ke G.Kawi .sukses cuma “efek sampingnya” bukan kaleng kaleng, ” minta” imbalannya wow.sudah terlanjur dan sadar setelah kejadian. Tidak rekomendasi buat yg gak kuat mental atas “permintaan” yang di kabulkan permohonan nya. Lebih baik main togel atau main di bursa saham saja. Gak ada yg ” minta” . Di bursa semua apes apesnya beli saham goto paling depresi ber bulan bulan.wkwkwkw

 

Pryadi Satriana

Dahlan Iskan punya hak menulis apa saja di blog beliau. Saya juga punya hak untuk mengingatkan pembaca bahwa keyakinan yg mendasari praktik ciamsi adalah “meminta petunjuk ilahi”, dan itu sudah menduakan Tuhan, karena meminta petunjuk kepada alat2 peramalan yg dibuat oleh manusia ciptaan Tuhan. Dahlan sudah bilang ia ndhak percaya, tapi toh melakukan juga dan mengaku bahwa isi ramalannya “aneh, sesuai prinsip hidup saya.” Di Perjanjian Lama, orang yg membawa kepada kemusyrikan harus dibunuh, tapi di Perjanjian Baru yg mengajarkan Hukum Kasih orang semacam itu dinasehati & didoakan agar sadar & bertobat. Hak saya – lebih tepatnya ‘kewajiban’ saya – untuk menyampaikan ini, hak Anda untuk setuju atau pun tidak. Terima kasih. Salam. Rahayu.

 

Johan

Di komplek kami pernah ada seorang bapak yang “usil”. Melihat orang masih berkegiatan di jam sembahyang, akan ditegurnya. Melihat ada ibu-ibu berbaju seksi atau tidak berhijab, akan ditegurnya. Suatu hari ada seorang ibu yang tidak terima dapat teguran. Terus mengadu ke suaminya. Sang suami mendatangi bapak itu. Si bapak berkilah bahwa sudah kewajiban untuk saling mengingatkan sebagai sesama umat. Sang suami tidak mau tahu. Bapak itu digamparnya. Saya yang kebetulan sedang menyiram tanaman di teras, melihat kejadian itu. Sebenarnya mau saya biarkan saja. Tapi karena timbul rasa tanggung jawab supaya situasi komplek yang kondusif, terpaksa saya harus turun tangan melerainya. Tidak terlalu lama setelah kejadian itu, si bapak terkena serangan jantung. Kembali ke Tuhannya yang memberi dia banyak kewajiban. Ucapan dukacita mengalir, yang mungkin dibaliknya terucap pujian syukur. Karena sosok yang “meresahkan” itu sudah pergi. Saya tidak ingin mengatakan sikap siapa yang benar atau salah. Tapi keinginan rata-rata orang, tidak mau urusan pribadinya dicampuri oleh orang lain, termasuk soal iman. Playing god itu tidak baik untuk kehidupan normal di masyarakat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan