Pegiat budaya, Aat Suratin setuju dengan pendapat Darwis. Menurutnya, bahan pangan lokal bisa menjadi substitusi bahan pangan impor. Kuncinya adalah kemauan pemerintah dan masyarakat untuk menggunakan bahan pangan lokal. “Bahan pangan lokal sangat banyak dan bisa jadi pengganti bahan pangan impor. Dari sisi gizi juga bisa diadu.
“Bahkan mungkin berani diadu kualitas gizinya. Sebab, Tuhan memberikan manusia berdasarkan lokalitas. Kebayang enggak, lokalitas kita beragam. Dulu, orang timur seperti Papua dan Maluku, makanan pokoknya sagu. Madura makanan pokoknya jagung. Pulau Jawa makanannya nasi. Melalui gastronomi, kita menganekagaramkan kembali makanan-makanan berdasarkan lokalitasnya. Sebab gizinya sebanding dengan nasi,” jelas Aat.
Menurutnya, nasi, sagu, jagung, atau singkong kalau diolah akan jadi makanan enak dan bisa menjadi panganan lokal.” Kalau ini dilakukan, akan bisa mengendalikan inflasi karena mengurangi ketergantungan impor, bahan baku banyak di masyarakat dan dekat sehingga mudah didapatkannya,” tuturnya
Keanekaragaman bahan makanan ini juga menjadi sorotan praktisi komunikasi Eric Wiradipoetra yang intens menggarap gastronomi dalam video-videonya. Ia mengungkapkan pentingnya penganekaragaman bahan baku untuk pembuatan tempe. Ia menjelaskan, tempe adalah proses fermentasi dari jamur terhadap biji-bijian, bukan hanya kedelai.
“Zaman dulu bahan baku tempe adalah kedelai lokal. Karena itu tempe disebut produk asli Indonesia karena prosesnya itu dilakukan oleh asli orang Indonesia. Tempe itu bukan kedelai tapi bisa juga kacang hitam, bisa juga kacang yang lain. Sekarang tempe justru hanya kedelai. Aspek gastronomi ini harus kita kuatkan dari sisi komunikasi agar masyarakat tidak tergantung pada satu bahan baku saja,” jelas Eric.
Menurutnya, gastronomi bisa menyisir persoalan-persoalan dan menemukan masalah serta solusinya. “Selain menelusuri asal-usul kuliner atau pangan, kita akan menemukan sumber-sumber persoalan dan menemukan juga potensi-potensi solusinya yang sangat mendasar,” ujar Wakil Ketua Divisi Komunikasi dan Gerakan Komite Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Jabar ini.