LITERASI BACA-TULIS ABAD KE-21

Ada juga anak-anak menulis seperti berikut, jam 07.30 aku baris di halaman sekolah, kemudian masuk belajar matematika sampai pukul 09.30, lalu istirahat sampai jam 10.00, dan belajar lagi bahasa indonesia sampai pukul 12.00. Lalu aku sholat dan berdoa pulang.

Perlu penulis sampaikan, mereka melakukan kegiatan tersebut setiap hari. Waktunya sendiri menjelang pulang sekolah. Artinya kami memberikan porsi khusus untuk menulis menjelang pulang. Kami sepakat punya mimpi, alangkah indahnya nian jika suatu ketika, katakanlah selama setahun penuh mereka menulis berarti berapa puluh bahkan beratus halaman yang mereka tulis. Terlebih ada penerbit yang baik hati untuk menerbitkan tulisan mereka. Dengan pasti kebahagian semakin lengkap, bukan. Atau paling tidak menjadi catatan harian pribadinya yang suatu ketika dia lepas  SD, bisa membuka album kenangannya.

Apakah itu akan terjadi? Pasti terjadi jika Allah SWT meridhoi niat ini dan didukung oleh ketelatelan kita sendiri. Toh, kegiatan semacam ini sebelumnya sudah kami lakukan kepada kakak kelasnya, kelas dua (sekolah kami baru ada kelas 1 dan 2). Alhamdulillah, tatkala kenaikan kelas tiba catatan harian mereka dibukukan. Itu pun mereka lakukan sendiri. Buku tersebut mereka kemas menurut selera mereka masing-masing. Tatkala pembagian raport, mereka tidak hanya menerima nilai akademis saja, akan tetapi sekaligus menerima bingkisan catatan harian mereka sendiri. Untuk memotivasi mereka kami membuat acara semenarik mungkin. Setiap anak kebagian ke depan untuk menerima reword dan sertifikat, yang tentunya dihadiri para orang tua masing-masing.

Dari kisah tersebut apa yang dapat Anda katakan dengan dunia menulis? Bagi kita sebagai guru tentunya tidak bisa dipisahkan aktifitas keseharian dengan menulis. Baik ketika kita mengajarkan di depan siswa ataupun persiapan mengajarnya sendiri. Namun demikian, lagi-lagi tidak sedikit yang masih mengeluh, bahwa menulis itu pekerjaan yang susah. Apalagi menulis di koran, buku, atau apalah yang sifatnya diwartakan dan dibaca orang lain.

Jangan, jangan putus asa, apa yang dilakukan anak-anak seperti yang penulis paparkan diawal bisa kita lakukan pada diri kita. Misalnya, setiap kita mengajar di kelas tentunya sudah menyiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan ketika itu. Untuk menambah tulisan lengkapilah dengan pengalaman ketika kita menyampaikan hari itu. Dari setiap kegiatan yang kita lakukan kita kumpulkan atau susun sedemikian. Maka dalam waktu setahun  dengan pasti materi yang kita sampaikan tuntas untuk satu buku. Katakanlah saat kita mengajar di kelas 1 maka akan terwujud buku kelas satu. Juga demikian dengan kelas-kelas berikutnya. Jika kita mengajar di Sekolah Dasar, sudah berapa jilid buku yang dapat kita buat? Demikianlah selanjutnya.

Tinggalkan Balasan