KEMBALI torehkan prestasi membanggakan, tiga mahasiswa Unpar (Universitas Katolik Parahyangan) dari Program Studi Teknik Sipil kali ini berhasil sabet juara dua dalam ajang Geotechnical Engineering Competition (GEC) 2022 pada Kamis, (24/11/2022) lalu yang merupakan rangkaian acara dari Civil Expo (CIVEX) dengan penyelenggara Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Adapun penyelenggaraan GEC pada tahun ini mengangkat tema “Innovative Planning in Soft Soil Improvement toward IKN Nusantara“. Permasalahan yang diangkat pada lomba tersebut adalah menyelesaikan permasalahan stabilitas lereng dari kasus Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Ibu Kota Kecamatan (IKK) Mansapa di Nunukan, Kalimantan Timur. Sedangkan untuk babak final, peserta diharuskan menyelesaikan desain perbaikan tanah lunak pada kasus Perumahan Grand Pakuwon di Surabaya.
Menjawab tantangan menggunakan solusi dengan Prefabricated Vertical Drains (PVD), Prefabricated Horizontal Drains (PHD), geotextile, serta timbunan pasir untuk preloading, mengantarkan Alexander Tommy, Ian Hartono, dan Samuel Jemmy Setiadjie dalam tim yang bernama Pacivic Pier tersebut sebagai juara dua mengalahkan peserta lainnya.
Sedangkan dalam babak penyisihan sebelumnya, Pacivic Pier memberikan solusi untuk permasalahan stabilitas lereng dengan Gabion wall, Soldier Pile, serta Mini Pile agar desain yang dibuatnya dapat memenuhi kriteria dari SNI 8460:2017 mengenai Persyaratan Perancangan Geoteknik serta desain yang lebih ekonomis.
Samuel sebagai perwakilan tim tersebut menuturkan bahwa melalui lomba ini dia dapat mendapatkan banyak relasi dari kampus lain dan menambah pemahaman secara praktek.
“Menurut saya lomba ini sangatlah menarik dikarenakan memberikan pengalaman dari berbagai kasus geoteknik dari babak penyisihan sampai final. Serta hal terakhir melalui lomba ini wawasan saya mengenai proses perbaikan tanah lunak menggunakan Prefabricated Vertical Drains (PVD) di lapangan yang diajarkan di kelas, sehingga lomba ini membantu menambah pemahaman saya,” tutur Samuel saat wawancara, sebagaimana dikutip pada Jumat (2/12/2022).
Samuel mengatakan jika tantangan paling sulit pada lomba tersebut adalah pengerjaan soal final yang sangat terbatas yaitu hanya diberikan waktu selama 14 jam secara non-stop dengan pengerjaan dimulai pukul tujuh pagi hingga sembilan malam.