Jabarekspres.com- Polemik yang terjadi antara Piala Dunia dan LGBT saat ini benar-benar menjadi sorotan di dunia. bukan hanya tentang Sepakbola saja tetapi ada hal lain yang saat ini menjadi masalah utama di Piala Dunia Qatar 2022.
Awal mula beberapa fans Eropa sempat mengkampanyekan untuk memboikot Piala Dunia Qatar 2022. Bukan tanpa sebab, ternyata gelaran empat tahunan sekali itu memiliki sisi gelap tentang pengerjaan proyek yang membuat ratusan orang meninggal.
Berdasarkan data dari The Guardian juga mereka menyebut ada sekitar 44 orang tewas bahkan lebih akibat kecelakaan di tempat kerja. Banyak bukti tentang kerja paksa ini selama ini pembangunan infrastruktur piala dunia.
Lebih menyedihkannya lagi, para pekerja dari Nepal sengaja tidak dibayar berbulan-bulan dan paspor mereka ditahan agar mereka tetap bekerja.
Belum lagi adanya polemik ketika LGBT dilarang mengkampanyekan selama gelaran piala dunia Qatar 2022. Akhirnya aturan itu membuat orang-orang khususnya negara yang mendukung One Love seperti Jerman, Inggris dan Denmark melakukan protes dengan mengancam akan keluar dari anggota FIFA.
Otoritas sepak bola dunia tersebut melarang Jerman mengenakan ban kapten pelangi ‘One Love’ sebagai kampanye ramah LGBT+ di Piala Dunia 2022 Qatar.
“Kami ingin menggunakan ban kapten kami untuk mempertahankan nilai-nilai yang kami pegang di tim nasional Jerman: keberagaman dan saling menghormati. Bersama dengan bangsa lain, kami ingin suara kami didengar,” kata Timnas Jerman di akun Instagram resmi, Rabu (23/11/2022).
“Ini bukan tentang membuat pernyataan politik – hak asasi manusia tidak dapat dinegosiasikan. Itu harus diterima begitu saja, tetapi tetap saja tidak demikian. Itu sebabnya pesan ini sangat penting bagi kami. Menolak ban kapten kami sama dengan menolak kami berusara. Kami berdiri dengan posisi kami,” tulis pernyataan timnas Jerman berikutnya.
Pernyataan sikap politik Jerman akhirnya mengundang sindiran dari berbagai pihak. Serangan datang dari kapten Belgia, Eden Hazard. Negaranya awalnya juga berencana melakukan kampanye LGBT serupa, namun dibatalkan setelah FIFA mengancam akan menjatuhkan sanksi kartu kuning buat setiap kapten yang menggunakan simbol pelangi.