Qatar terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sejak 2011 silam. Ditetapkannya Qatar berarti turnamen yang sudah dihelat sejak 1930 ini untuk kali pertama akan diadakan di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tentu saja, upaya Qatar untuk mempertahankan budaya Islami bakal jadi perbincangan menarik selama Piala Dunia yang untuk pertama kalinya dihelat di musim dingin ini.
Piala Dunia Qatar bisa dikatakan sebagai Piala Dunia pertama yang amat lekat dengan perbincangan syariat Islam. Kabarnya, pemerintah Qatar sudah menetapkan sejumlah aturan syariat Islam untuk Piala Dunia 2022. Hal ini juga bersinggungan dengan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang konon dilakukan oleh Qatar sehingga santer disuarakan.
Isu pelanggaran HAM ini semakin riuh jelang bergulirnya ajang empat tahunan tersebut. Qatar dituduh oleh banyak pihak telah melakukan pelanggaran HAM dalam pembangunan stadion dan infrastruktur untuk Piala Dunia 2022. Dugaan pelanggaran tersebut dilakukan kepada para pekerja migran, perempuan, dan komunitas LGBTQ.
Aturan Hukum Islam di Piala Dunia Qatar
Di tengah terpaan isu pelanggaran HAM, Qatar terus mempersiapkan diri menyambut datangnya 31 negara dari belahan dunia yang akan bermain bal-balan di negara tersebut. Selain sejumlah infrastruktur yang disiapkan, Qatar juga memberlakukan sejumlah aturan bernuansa islami demi menjaga kenyamanan dan keselamatan selama Piala Dunia 2022.
Beberapa aturan yang diterapkan adalah larangan seks bebas, yang mana jika terjadi pelanggaran akan terancam hukuman penjara 7 tahun. Selain aturan ketat mengenai seks bebas, para suporter juga tidak bisa bebas menenggak minuman keras di tempat umum. Selain itu, bendera LGBT haram untuk dipertontonkan di depan umum. Bendera pelangi yang menjadi simbol komunitas LGBT tersebut tidak boleh dipertontonkan ke publik selama menginjak tanah Qatar.
Dengan adanya aturan islami ini, mau tak mau, semua pemain, official, dan juga tentunya suporter harus menaatinya. Jika tidak, maka hukuman siap-siap menanti kepada mereka. Aturan Islam ini diterapkan juga sebagai pengingat bahwa sepakbola juga perlu mengikuti budaya tempat digelarnya pertandingan tersebut.
Nasser Al-Khater, Ketua Umum Piala Dunia 2022 menerangkan, ketatnya peraturan selama turnamen diterapkan selain untuk menyesuaikan dengan hukum yang sudah ada, adalah demi keamanan.