Stadion-stadion lama di Indonesia umumnya tidak punya ring 1 (ring dalam). Siapa saja bisa mendekat ke stadion, ke pintu masuk. Seleksi penonton dilakukan di pintu masuk itu. Seperti masuk gedung bioskop.
Saya ingat zaman tradisional dulu: stadion menyediakan loket penjualan karcis. Penonton antre di situ. Yang tidak punya uang ikut bergerombol di depan pintu masuk. Menunggu situasi: ikut masuk dengan cara nerombol petugas jaga atau ikut berdesakan agar penjaga karcis kewalahan.
Tahun 2018 lalu terjadi peristiwa yang sama di Kanjuruhan. Yakni saat Arema melawan Persib. Skor 2-2. Penonton masuk lapangan. Gas air mata digunakan. Tidak banyak. Pintu stadion terbuka. Yang luka-luka puluhan orang. Yang meninggal satu.
Kuncinya adalah manajemen di stadion. Dan di penjualan karcis.
ACAB dan 1312 mungkin bisa segera dihapus. Tapi makna di balik itu melekat sudah sangat dalam.
Merombak cara lama kadang menyakitkan, tapi masa depan tidak bisa menanti. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 8 Oktober 2022: Satria Kanjuruhan
Isa Milis
Kekecewaanku semakin memburat. Terhadap sosok pemegang gas air mata Satu dua boleh disebut oknum Namun sepuluh seratus pastilah institusi Tidak bawahan tidak atasan sama semua Hanya menunggu waktu untuk terbuka topengnya Sambo sambo pembunuh yang bengis Buta hati nurani berlumur benci dan harta haram Kapankah datangnya pertolonganMu? Untuk mengganti satu generasi mereka Untuk membangun kembali institusi baru pengayom masyarakat Yang menegakkan kebenaran dan keadilan Yang berhati nurani dan berbelas kasih Bukan hanya prediktif tanpa nurani dan kebenaran Bukan hanya responsibilitas tanpa nurani dan kebenaran Pun bukan hanya transparansi tanpa nurani dan kebenaran Namun kebenaran dahulu, keadilan dulu, hati nurani dulu, kejujuran dulu, baru presisi atau apalah slogannya
No Name
Pintu dan tangga stadion tak mampu meminta maaf!
Ujang Wawa
Puiai cinta luar biasa,yang memilih dan memuatnya, pastilah juga bercita rasa tinggi. Kalau ketum PSSI atau Kapolda Jatim membacakan dulu puisi ini, lalu menyatakan mundur, mungkin ksatria tidak akan ada hanya dalam pewayangan