Ancaman Resesi Global pada 2023, Begini Saran Ahli Soal Investasi dan Uang Tunai

“Karena kalau berbentuk uang tunai semua, seperti yang kita tahu, misal berbentuk uang tunai, uang tersebut kemungkinan akan kita simpan di tabungan bank atau didepositokan. Bunganya, imbal hasilnya bisa dibilang minim, enggak kuat melawan inflasi,” tuturnya.

Oleh karenanya, ia merekomendasikan individu untuk menempatkan dana investasinya di instrumen berisiko rendah, seperti logam mulia atau deposito. Reksa dana berbasis penghasilan tetap juga dapat menjadi pilihan.

“Yang enggak boleh, uang masih berbentuk properti, itu kan susah jualnya, perlu waktu. Itu yang dihindari,” ujarnya.

“Atau misal berisiko tinggi di pasar saham atau reksa dana berbasis pasar saham, itu kita hindari. Kenapa? Nanti ketika waktunya dibutuhkan, misal nilainya anjlok, itu membuat cadangan dana kita kurang,” tambah Andy.

Namun demikian, jika individu memiliki profil risiko investasi agresif, kepemilikan saham masih bisa menjadi pilihan, dengan catatan tetap memperhatikan kondisi pasar dan prospek ke depan.

“Perlu atau tidaknya mengurangi kepemilikan saham tergantung profil risiko masing-masing,” ucap Andy. (bbs)

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan