Memintal Untung dari Ulat Sutera ala Rumah Sutera Alam Bogor, Hasilkan Kain Kualitas Terbaik

Telur ulat sutra, sambung Yan, membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menetas. Setelah telur menetas, ulat-ulat tersebut dipelihara di kandang ulat kecil hingga hewan itu siap membentuk kepompong.

Sedangkan pembentukan kepompong sendiri dilakukan di kandang terpisah yang disebut kandang ulat besar.

“Kita kasih makan (daun murbei) sehari 4 kali. Jam 7 pagi, 11 siang, 3 sore dan 6 petang. Makanya untuk pakan (ulat sutra) selama satu bulan itu rata-rata 1,1 ton daun termasuk batang murbei. Kalau daun saja paling 700 kilogram satu bulan,” bebernya.

Kemudian, proses pemeliharaan ulat hingga menjadi kepompong memakan waktu hingga satu bulan. Sementara pembentukan kepompong berlangsung selama satu minggu.

“Setelah jadi kepompong kita olah ke pabrik untuk diambil benangnya. Di sana ada proses perebusan kepompong dan pengambilan benang dengan mesin,” urai Yan.

Untuk lahannya, kata dia, dalam membudidayakan ulat sutra hingga menjadi produk kain dilakukan di atas lahan seluas 4 hektare, 2 hektare di antaranya khusus diperuntukkan untuk budidaya murbei sebagai pakan ulat dan sisanya digunakan untuk kandang ulat, pabrik benang serta penenunan kain.

“Di sini kita sesuai dengan stok pakan, jadi rata-rata 2 sampai 2 bok bibit (telur). Satu bok ini bisa menghasilkan 25-30 kilogram kepompong. Setiap 10 kilogram kepompong dapat 1 kilogram benang. Nah, 1 kilogram benang jika ditenun bisa jadi 10 meter kain,” terangnya.*(YUD)

Tinggalkan Balasan