Sambutan atas usul itu terbelah. Ada yang setuju, ada yang emosional religius. Saya tidak menanggapi. Sak karepmu.
Itu tidak hanya di Islam. Juga yang Kristen. Sudah tahu bahwa grup yang satu ini didirikan untuk membahas satu bidang tertentu masih saja sering ada postingan ayat-ayat Alkitab.
Saya pernah posting sekali. Hanya itu. Usulan saya: agar soal politik dan agama jangan diposting di situ. Anggota grup di situ sangat beragam aliran agama, politik dan sukunya. Lebih baik tidak posting di luar misi. Tapi, para juru dakwah memang marketer yang militan. Mereka tetap saja posting isi Al Kitab.
Ya sudah.
Harus saya akui ada juga beberapa grup yang istiqamah di jalurnya. Grup penggila durian, misalnya, sangat steril. Mereka disiplin: hanya posting soal durian. Menyenangkan. Semangat posting mereka sangat tinggi. Tapi mereka konsisten: tidak ada hal lain yang lebih penting di dunia ini kecuali durian. Rupanya durian itu tidak beragama, tidak berpolitik, dan tidak pernah kuliah di fakultas dakwah.
Tentu ada juga grup yang isinya banyak ‘bertengkar’. Sebenarnya seluruh anggota grup itu dari satu aliran keagamaan yang sama. Tapi secara politik mereka berbeda perahu.
Ketika ada yang mengajak agar mendukung partai A, banyak yang marah. Ada yang berpendapat baiknya ke partai B. Ada juga yang bilang baiknya ke partai C. Tentu ada yang berpendapat berikan saja kebebasan.
Serunya bukan main. Politik itu benar-benar memabukkan. Kontroversi di bidang politik benar-benar bisa dipakai untuk melupakan banyak isu: minyak goreng, antrean solar, dan IKN. Apalagi kenaikan BBM. Pun Ferdy Sambo.
Pertengkaran di satu grup ada yang sampai membuat mereka pecah. Saling ngambek. Bikin grup sendiri-sendiri. Dua-duanya memasukkan nama saya sebagai anggota.
Saya pun tidak pernah berniat mendamaikan pertengkaran itu. Pekerjaan sudah terlalu banyak. Maka saya pilih mengambil keuntungan dari pertengkaran itu: saya exit dari dua-duanya.
Alasan saya: tidak enak kalau saya memihak. Horeeee. Bebas. Merdeka. Bisa mengurangi jumlah grup di WA.