Dirinya mengaku sudah berkoordinasi kepada kepala shift. Namun, kata dia, pimpinan-nya itu merasa bingung untuk menyikapi kejadian itu. Sehingga tidak berkenan untuk membawanya ke rumah sakit atau klinik terdekat.
Karena tidak ada yang menolong, kata dia, akhirnya dia meminta bantuan kepada penjaga. Kendati sempat mendapat penolakan, tapi akhirnya berkenan mengantarkan menggunakan sepeda motor.
“Jangan lihat kondisi saya. Apalagi tangan. Hayu berangkat saja. Kamu yang nyetir. Fokus saja kita ke Klinik 24 jam” kata dia kepada penjaga.
Setelah sampai klinik 24 jam terdekat, tepatnya di Warung Cina, Jalan Bandung-Garut, dirinya mengatakan bahwa pihak klinik pun tidak menyanggupinya. Pasalnya, tidak bisa lakukan pertolongan pertama melihat kondisi Yayat seperti itu.
“Ini mah bukan 40 sampai 50 jahit. Tapi sudah hancur. Di sini ‘kan terbatas pertolongan pertamanya,” kata Yayat menirukan perkataaan dokter klinik 24 jam.
Dikarenakan klinik 24 tidak menyanggupi, lanjut dia, dirinya pun meminta pada dokter untuk memberikan surat rujukan ke rumah sakit supaya bisa mengobati dirinya. Terlebih yang mempunyai fasitilas dan dokter yang ada.
“Akhirnya diberi rujukan ke RSHS Bandung. Tapi saat itu tidak ada kendaraan,” cetusnya.
Sambil menunggu temannya meminta bantuan, dirinya menekan urat nadi sampai menuju RSHS Bandung. Tujuannya, agar bisa menahan pengeluaran darah.
Mobil tiba, dia langsung berangkat. Didampingi bersama tiga karyawan. Sampai di RSHS Bandung pukul 3 pagi. Langsung dibawa ke Unit Gawat Darurat untuk dilakukan pertolongan pertama.
“Sepanjang jalan saya memegang tangan dan nadi. Supaya bisa menahan darah keluar. Pas sampai langsung diobati. Mulai dibersihkan dan di-rontgen,” kata dia.
Usai diperiksa dan diberikan pertolongan, pukul 6 pagi dirinya keluar ruangan. Untuk operasi amputasi, harus ada pihak penanggungjawab, baik dari keluarga maupun perusahaan.
“Keluarga saya datang jam 6. Tapi, perusahaan tidak (datang),” cetusnya.
Dia pun menanti-nanti kedatangan dari pihak perusahaan. Namun, sampai pukul 13:00 WIB, pihak perusahaan tak kunjung datang. Akhirnya, dia meminta kepada adiknya untuk menyusul perwakilan dari persahaan untuk datang.
“Perwakilan perusahaan datang jam 5-an. Saat disusul adik saya, perusahaan mengira bakal ditanggungjawab oleh perusuhaan yang Tangerang,” kata dia.