BOGOR – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah mematangkan langkah menuju penataan jasa transportasi publik di pusat jantung kota, dengan menghadirkan moda transportasi berbasis rel atau trem.
Melalui forum group discussion (FGD) yang digelar bersama sejumlah stakeholder belum lama ini, Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto buka suara terkait wacana Pemkot Bogor tersebut.
Ada tiga point penting yang disampaikan Atang terkait rencana pengembangan trem di Kota Bogor dalam forum itu. Diantaranya, pandangan soal penataan dan objek yang harus tepat sasaran dalam artian dapat dinikmati masyarakat di wilayah permukiman, serta penyelarasan sejumlah aspek.
Pada poin pertama, Atang menilai kondisi tata kota dan transportasi di Kota Bogor sangat luar biasa keruwetannya, sehingga untuk menata Kota Bogor untuk menjadi sebuah sistem yang terintegrasi perlu adanya keberanian dan ketegasan dari para pengambil kebijakan.
“Sebelum mengambil langkah tegas dan berani, perlu dimatangkan kembali secara pemetaan baik itu pemukiman yang ada, kemudian sentra bisnis, perkantoran dan sebagainya dengan kemudian konsep transportasi yang kita punya,” ungkapnya dikutip pada Senin, 5 September 2022.
Menurutnya, pemetaan menjadi penting, karena campur tangan pemerintah pusat juga perlu diperhatikan dalam perencanaan transportasi trem di Kota Bogor.
Dia mencontohkan, rencana pemerintah pusat memasukkan LRT ke Kota Bogor, lalu bangkitnya kembali layanan kereta api Bogor – Sukabumi dan keberadaan Commuter Line yang sudah terintegrasi se-Jabodetabek.
“Ini nanti harus ditangkap oleh pemkot untuk disambungkan dengan wilayah di dalam Kota Bogor sendiri, jangan sampai nanti titik akhir dari LRT. Misalkan, double track dan Stasiun Bogor itu tidak nyambung dengan sistem transportasi kita,” paparnya.
“Kalau misalkan nanti trem mau dibangun, itu harus nyambung dengan Stasiun Bogor. Tidak hanya itu, misalkan koridor 1 hanya ada di seputar SSA saja,” dorongnya.
Kemudian, dia juga mengingatkan pentingnya pemetaan wilayah permukiman, sehingga keberadaan trem di Kota Bogor tidak menjadi kendaraan hantu yang sepi penumpang.
Hal ini, sambung dia, tentunya perlu ditunjang dengan keberadaan angkot yang menjadi feeder bagi masyarakat yang berada di pinggiran kota.