JabarEkspres.com – Perang antara Ukraina dan Rusia masih terus terjadi hingga sekarang semenjak Februari lalu.
Artinya, perang Ukraina-Rusia itu kini telah menginjak setengah tahun lebih. Entah sudah berapa korban berguguran di kedua belah pihak.
Perang dimulai setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan apa yang ia sebut sebagai “operasi militer khusus”. Sementara itu, Kremlin menyebut bahwa seruan orang nomer satu di Rusia itu merupakan suatu keharusan.
Kendati demikian, “operasi militer khusus” Putin itu mendapatkan kecaman dari banyak pihak. Tidak hanya dari pihak luar, namun juga bagi pihak dalam Rusia itu sendiri.
Setidaknya sudah ada 138.000 situs web yang telah dihapus oleh pihak berwenang Rusia semenjak peluncuran invasi ke Ukraina, menurut laporan dari The Moskow Times, Senin (8/8/2022).
Adapun alasan dari pemblokiran dari situs-situs tersebut bertujuan untuk memerangi “berita palsu” menurut Kremlin. Hal tersebut disampaikan oleh pejabat sekaligus pengawas informasi Rusia, Roskomnadzor.
“Setelah dimulainya operasi militer khusus, kami telah memperkuat penangkalan kami terhadap penyebaran seruan untuk ekstremisme dan terorisme, kerusuhan massal dan berita palsu di internet,” kata Krasnov, dikutip dari The Moskow Times.
Pemerintah Rusia memblokir situs-situs tersebut karena dianggap tidak beroperasi sejalan dengan narasi yang kerap digaungkan Kremlin,
Artinya, Moskow telah melakukan penyensoran terhadap situs-situs yang yang menyebarkan informasi bertentangan versi Kremlin.
Dengan kata lain, situs-situs tersebut justru mengaminkan “operasi militer khusus” itu sebagai invasi atau perang.
Padahal, Kremlin sangat tidak setuju jikalau “operasi militer khusus” itu disebut sebagai invasi atau perang.
Kembali melansir The Moskow Times, semenjak invasi Ukraina terjadi pada Februari lalu, sudah banyak jurnalis yang melarikan diri dari Rusia untuk menghindari tuntutan hukum.
Pasalnya, para jurnalis tersebut bekerja tidak sejalan dengan narasi yang kerap digaungkan Kremlin.
Bahkan, media-media independen di Rusia telah mengalami pemblokiran dan penutupan karena mengkritik kebijakan-kebijakan Kremlin terkait peperangan di Ukraina.
Hanya media-media tertentu yang diperbolehkan. Mereka tentunya adalah media-media yang beroperasi sejalan dengan keinginan Moskow.
Hingg kini Kremlin dan Kyiv masih terlibat pertempuran. Perang sudah hampir berjalan setengah tahun. Dan semua pihak tentunya berharap bahwa konflik ini segera usai.***