“Jujur, setelah saya melihat langsung ke kawasan tugu batas kota di Cibiru prihatin karena benar-benar merana dan “dicuekin” tanpa disentuh dinas instansi terkait,” ucap Apih.
Menurutnya, fakta di lapangan kondisi ikon perbatasan Kota-Kabupaten Bandung di Cibiru itu, selain cat sudah kusam dan berlumut, terdapat pohon yang sudah mati dibiarkan serta coretan aksi vandalisme, sehingga terkesan amburadul.
“Termasuk PJU (Penerangan Jalan Umum) di sekitar tugu tak berfungsi alias mati sehingga jika malam kawasan tugu poek mongkleng (gelap gulita),” pungkasnya.
Senada dengan Apih, Enang pun menyampaikan keluhan terkait kurangnya perhatian pemerintah dalam pembenahan ikon perbatasan Kota-Kabupaten Bandung.
“Saya menyayangkan dibiarkannya kondisi tugu batas kota tersebut. Harusnya pemerintah (sadar) milihat kondisi tugu jangan menunggu amburadul. Ya kita hanya sekadar melampiaskan uneg-uneg (keluh kesah) saja meski tak di dengar,” tutur Enang.
“Jangankan mirosea tugu batas kota, halte bus Trans Metro Bandung (TMB) di Jalan Raya Cinunuk yang sudah lama gak berfungsi, jadi tempat sampah. Dibangun di trotoar serta di pinggir sungai meski sudah lama dikeluhkan masyarakat,” tutupnya.*** (Bas)