JABAREKSPRES.COM – Para peneliti University Of Miami menemukan kembali sebuah kolam kematian yang nyata di dasar Laut Merah. Kolam tersebut diyakini dapat membunuh semua mahkluk yang bereng ke dalamnya, dan dipastikan tidak akan bisa keluar dalam keadaan selamat.
Kolam yang berukuran 107.00 kaki persegi ini, disebut lebih kecil dari ukuran rata-rata blok Manhattan. Untuk mencapainya, Peneliti menggunakan kendaraan bawah air yang dioperasikan dari jarak jauh.
Ekspedisi laut yang membawa para peneliti ini sudah dilakukan sejak 2020 di kantong utara laut.
Penyebab semua mahluk bisa mati dalam kolam ini karena, tidak adanya oksigen. BIla melihat kedalaman kolam yang berada di 1,1 mil di bawah permukaan laut, maka hal yang mustahil bila menemukan oksigen ditempat tersebut.
Selain zero oksigen, Kolam ini juga penuh diisi dengan air garam. Larutan garam tersebut berkonsentrasi tinggi yang sudah terbukti mematikan.
“Setiap hewan yang tersesat ke dalam air asin akan langsung pingsan atau dibunuh,” kata pemimpin peneliti Sam Purkis kepada Live Science.
Dengan publikasi yang menggambarkan kolam super asin sebagai “di antara lingkungan paling ekstrem di Bumi”, dikutip dari laman NYPost pada Rabu, 27 Juli 2022.
“Ikan, udang, dan belut tampaknya menggunakan air asin untuk berburu,” lanjut Purkis.
Pemangsa mengintai di dekat kolam mematikan untuk memakan makhluk sial yang tidak sengaja berenang ke dalamnya, berdasarkan purkis.
Sebelumnya, para ilmuwan ahli kelautan berhasil mengatakan “beberapa lusin” kolam yang mematikan di laut Merah, Laut Mediterania serta Teluk Meksiko selama 30 tahun terakhir.
Maka dari itu, kolam air asin ini bukan yang pertama kali ditemukan oleh para peneliti.
Akan tetapi temuan ini mengejutkan para ilmuwan, karena kolam tersebut terletak begitu dekat dengan daratan.
Sebelumnya, tempat ini terdekat yang terletak di Laut Merah ditemukan setidaknya 15,5 mil di lepas pantai. Kolam ini, bagaimanapun, ditemukan hanya 1,25 mil di lepas pantai Mesir.
Menurut para peneliti, Laut Merah memiliki jumlah kolam air asin tertinggi yang diketahui.
Mereka diperkirakan telah terbentuk dari kantong mineral terlarut yang disimpan hingga 23 juta tahun yang lalu