BOGOR – Upaya pemerintah untuk membasmi wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang tengah menyerang hewan ternak saat ini dinilai kurang maksimal.
Faktanya, hingga menjelang, bahkan sudah memasuki hari Raya Idul Adha 2022 para pedagang hewan kurban mengaku sepi pembeli. Perputaran omzet sejumlah pedagang turun drastis.
Hal itu diungkapkan salah satu pedagang hewan kurban ‘Mulya Farm’ Cahyadi Ermawan. Menurutnya, keberadaan virus PMK sangat berdampak terhadap grafik penjualan hewan kurban ditahun ini. Bahkan, omzetnya terjun hampir 50 persen.
Dia juga mengeluhkan adanya pelarangan dari Kementrian Pertanian untuk lalulintas hewan ternak. Hal itu, sangat mempengaruhi dan menyulitkan untuk mendatangkan hewan baru. Sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Mudah-mudahan penjualan bisa naik lagi. Insya Allah ada mukjizat dari Allah mudah-mudahan masih ada tambahan order. Nanti, setelah hari H masih ada 2 hari Tasrik,” ungkapnya kepada Jabar Ekspres, saat ditemui di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Bubulak, Kota Bogor, Sabtu (09/07).
Tak kehabisan ide, Cahyadi seolah mencari solusi sendiri. Karena situasi yang dinilai sulit, Ia memanfaatkan media sosial (medsos) untuk menjual hewan kurban miliknya.
“Kami melakukan sejumlah inovasi untuk teknik penjualan tidak mengandalkan offline, tapi kita lebih ke digital melalui sosmed juga sistim menyebarkan brosur. Brosurnya kita ga cetak sistemnya pdf kita blas di group terutama di sosmed seperti facebook, Instragram dan Whatsapp,” bebernya.
Untuk meyakinkan pembeli, dirinya melakukan edukasi terkait PMK kepada masyarakat, bahwa daging dan susu sapi yang terkena PMK tetap sehat jika dikonsumsi manusia.
“Kami juga sudah mengedukasi kepada masyarakat, dan Kemetrian Pertanian juga sudah menyatakan baik itu daging maupun susu dari sapi yang terkena PMK juga sehat,” tandasnya. (YUD)