Yang datang justru Covid-19. Dua bulan setelah keputusan itu Covid masuk Sri Lanka. Maka dengan cadangan devisa negara yang tinggal 50 juta dolar, tidak mungkin Sri Lanka bisa impor BBM. Apalagi negara itu sudah tidak bisa lagi cari pinjaman baru.
Harapannya tinggal berutang berdasar belas kasihan. India tersentuh oleh nasib tetangga dekatnya itu. India sanggup meminjami USD 1,2 miliar. Tapi dalam bentuk bahan. Tiongkok juga sanggup meminjami USD 1 miliar. Bentuknya juga bahan-bahan, termasuk bahan makanan.
Bank Dunia hanya menyanggupi 500 juta. IMF masih membicarakannya. Amerika belum keluar suara: berapa. G7 baru di tahap mulai bersimpati. Belum berani mengeluarkan angka.Itu belum cukup. Sri Lanka perlu uang setidaknya USD 5 miliar untuk bisa keluar dari kebangkrutan.
Belum ada gambaran nyata dari mana bisa dapat dana sebanyak itu.Yang sudah terpikir: menjual perusahaan negara Sri Lankan Airlines. Tidak seberapa tapi apa hendak dikata.Maka kini di Sri Lanka tidak ada guna lagi punya mobil. Tidak bisa dipakai.
Tidak ada lagi yang jualan bensin untuk mereka. Kendaraan umum masih bisa dapat jatah, tapi harus antre berhari-hari. Semua mobil dan sepeda motor milik pribadi, praktis harus ditinggal di garasi.
Sampai 10 Juli nanti. Tanggal itu pun belum pasti. Belum ada gambaran harus impor BBM dari mana dan dengan cara apa.Sekolah-sekolah diliburkan. Agar tidak perlu naik kendaraan. Listrik juga mulai byar-pet. Digilir.
Diutamakan untuk rumah sakit. Bahan pangan juga menipis. Inflasi sudah mencapai 39 persen.Sri Lanka masih punya utang sekitar USD 50 miliar. Kepada Tiongkok saja USD 5 miliar –10 persen dari seluruh pinjaman.
Tiongkok sudah memberi sinyal pembayaran bunga dan cicilan bisa dirundingkan.Rajapaksa tidak mau mundur. Ia hanya mau mengganti perdana menteri –yang kakak kandungnya sendiri. Ditunjuklah jagoan lama: Ranil Wickremesinghe.
Ranil diminta merangkap jabatan menteri keuangan. Sang Menkeu langsung kembali menaikkan pajak. Yang PPN dari 8 persen naik ke 12 persen. Tidak kembali ke 15 persen, tapi sudah satu persen lebih tinggi dari PPN kita –setelah barusan naik jadi 11 persen.