Jimmy Marta
Pilihan serba sulit subsidi dan inflasi. Mempertahankan tingkat inflasi satu digit pertahun itu salah satu target pemerintah bidang ekonomi. Selama bbrp tahun terakhir itu tercapai. Rata2 inflasi nol koma setiap bulan. Target lain bidang ekonomi masih payah. Penurunan tingkat kemiskinan, pembukaan lapangan kerja, penurunan tingkat pengangguran, investasi baru, peningkatan nilai tukar petani dan nelayan progressnya tidak bagus. Postur apbn 2022 menunjukkan belanja non pembangunan melebihi pendapatan asli (diluar defisit). Pendapatan 1840T. Defisit 868T Kalau diartikel untuk subsisidi saja mencapai 500T. Ditambah biayai utang 973T. Transfer kedaerah 778T. Tinggal dihitung berapa sisa dipakai untuk pembangunan sebagai penggerak utama roda perekonomian. Penggunaan anggaran, pemerintah harus membuat prioritas. Optimalkan pendapatan. Efektifkan penggunaan. Tekan kebocoran. Itulah langkah bijak yg harus dilakukan. Agar negara bisa selamat, rakyat tidak terjerembab. Semoga -komen ekonom amatir-
Liam Then
Jaman sekarang orang baik pun butuh uang. Bahkan orang mati juga masih terkadsng menghabiskan uang orang yang masih hidup. Idealisme tanpa uang, hanya bisa dikerjakan oleh pujangga pertapa. Mirisnya hasil pemikiran mereka kemudian di cetak kedalam buku-buku yang kemudian di jual untuk mendapatkan uang, karena mencetak buku perlu uang. Mesin cetak, komputer,tukang edit, listrik, uang kopi,uang transport, uang fotocopy,uang pulsa. Udara segar pun butuh uang. Coba lihat Jakarta di musim liburan , habiskan berbondong-bondong ke Puncak mencari udara segar. Habiskan uang. Makjaaaaang. Yang paling parah ini nih…deketin gebetan butuh uang. Untuk beli HP agar bisa whatsappan. Jomblo jaman sekarang sangat menderita. Jaman dulu mau telepon sang buah hati 500 rupiah cukup, bisa ngobrol sampai penuh bentol-bentol di tangan dan kaki,karena digigitin nyamuk di telepon umum. Jaman sekarang modalnya lebih gede untuk dapat gebetan. Sungguh kasihan jomblo jaman sekarang. Kok saya nglantur jauh ya. Hahaha.
Sunarno Eko Supranoto
Pak DI ingin membangun kasta jurnalistik. Pak DI ingin menjadikan medianya menjadi clearing house. Pak DI prihatin dengan tingkat kepercayaan terhadap media. Pak DI ingin media menjadi garda pengawal demokrasi. Tapi berita di DISWAY.ID ? haah… memprihatinkan. tidak ada bedanya..! Hanya tulisan Pak DI yang bisa di cerna akal sehat dan akal membangun. ternyata sekelas Pak DI pun tidak mudah mentranformasi visi. salam.