Konstelasi Politik Dipredisi Ketat, KIB Layak Diperhitungkan

JAKARTA – Keberadaan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dipandang pengamat dan peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes sebagai manuver politik yang sangat baik.

Meski banyak yang menilai terlalu dini, KIB memiliki potensi besar untuk diikuti oleh partai lain yang ingin bergabung.

Setelah dibentuk oleh tiga partai, KIB mendapat perhatian publik dan tokoh-tokoh politik nasional. Bahkan bagi yang memiliki pandangan politik berbeda malah banyak berkomentar negatif.

Terlepas dari itu, keberadaan KIB disebut telah membangun dinamika poltik baru di Indonesia untuk Pemilu 2024.

‘’Munculnya KIB akan membuat perubahan tren perilaku partai dalam berkoalisi,” kata Arya dalam keterangannya, (11/6).

Dia memandang, Koalisi memiliki posisi sangat strategis dalam percaturan politik nasional. Sebab, KIB sendiri sudah dapat mengusung Capres dan Cawapres.

Koalisi ini sudah memenuhi persyaratan dukungan 20 persen pencalonan pasangan presiden dan wakil presiden. Gabungan suara tiga partai tersebut mencapai 25,7 persen.

KIB yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP masih memiliki banyak waktu untuk merumuskan strtegi politi pemenangan pemilu.

Koalisi ini juga dapat menyusun platform kebijakan yang ingin dibawa pada kontestasi pemilu nanti untuk menciptakan koalisi permanen yang berlandaskan pada ide dan gagasan.

CSIS memprediksi Pilpres dan Pileg pada 14 Februari 2024 akan berlangsung kompetitif dan ketat.

Menurutnya, ada tiga hal yang membuat pesta demokrasi lima tahunan ini berlangsung sengit.

Pertama, jarak elektabilitas di antara tokoh-tokoh populer pada hasil survei cukup dekat. Kedua, masih cairnya koalisi antar partai.

“Ketiga, tidak adanya petahana dalam pemilu 2024 tersebut,” tegas Arya.

Arya menambahkan, koalisi dini  ini memberikan partai anggotanya memiliki daya tawar politik bagi calon yang dianggap potensial untuk diusung di Pilpres 2024.

Ketiga partai juga memiliki kesempatan dan keleluasaan untuk melakukan uji publik kandidat potensial untuk menjadi calon presiden.

Selain itu, keberadaan koalisi ini akan mendorong partai-partai lain untuk juga melakukan konsolidasi serupa.

“Artinya, pembentukan lebih dari dua poros politik menjelang 2024 dapat terealisasi,” ujarnya. (red)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan