Sementara itu, salah satu pedagang es campur yang berdagang secara tertib di Alun-Alun Bandung, Aan (45), mengakui bahwa masih banyak rekannya yang tidak tertib aturan
“Ada pedagang yang disini (bawah), ada juga yang di atas tapi disana mah zona merah. Mereka (yang atas) itu yang pda bandel, harusnya engga boleh, tapi emang lebih banyak disana (atas). Kecuali kalau ada razia, biasanya diusir. Kalau diarahin dari Pemkot mah disini (bawah),” jelasnya.
Meski seringkali sepi pembeli. Selama akhir pekan, ujar Aan, kerugian omzet bisa tertutup.
“Iya lumayan (rame), tapi untungnya kalau Sabtu Minggu itu tetap rame, jadi bisa ketutup (ruginya). Jadi gantian lah, hari biasa sepi tapi hari libur lumayan rame,” imbuhnya.
Terkait perbedaan omzet, Yayan mengakui bahwa omzet jauh berbeda dari penjualan di atas trotoar. “Jauh, mending di atas. Jauh banget disini (bawah) mah. Mungkin kalau lagi hujan ya, itu baru rame,” katanya.
Keadaan taman yang kali ini ditutup, ucap Yayan, sangat berpengaruh pada pendapatannya.
“Sering (tidak ada pembeli), ya mau gimana lagi, apalagi sekarang taman di tutup. Makanya kalau orang (pedagang) baru mah engga bakal kuat, kalau yang lama mah udah biasa keadaan kaya gini. Mayoritas emang yang udah disini dari zaman RK (Ridwan Kamil), kalau yang baru kebanyakan di atas, yang liar,” tandasnya.