BANDUNG – Meski belum terjadi penyebaran Hepatitis akut misterius di wilayah Jawa Barat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat meminta kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap penyebarannya.
Pasalnya, menurut Kepala Dinkes Jabar, Nina Susana Dewi menjelaskan bahwa gejala Hepatitis akut misterius ini serupa dengan Hepatitis A,B,C.
“Kami menyampaikan bahwa penyakit hepatitis akut ini harus segera diwaspadai, karena tingkatannya ada yang ringan, sedang, berat. Kalau berat itu 90 persen meninggal,” ungkapnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Senin (9/5).
Nina juga mengungkapkan, bahwa Hepatitis akut ini sangat berbeda dengan gejala Covid 19. Yang dimana, kata dia, gejala Hepatitis akut ini seperti diare, mual, muntah, kadang-kadang juga demam, hingga air kencing kuning.
“Kemudian kami menyampaikan, kejadiannya tidak seperti Covid-19. Kalau Covid-19 ada tidak enak badan, ada riwayat perjalanan dari mana, lalu langsung isolasi, tapi kalau ini (hepatitis akut) tidak,” ucapnya.
Sehingga, lanjut Nina, jika terdapat masyarakat yang menyerupai gejala tersebut, maka pihaknya akan langsung melakukan pemeriksaan melalui laboratorium.
“Jadi kriteria hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya, itu rangkainnya panjang, jadi harus waspadai. Kalau ada gejala-gejalanya diare, mual, muntah, kadang-kadang juga ada demam atau air kencing kuning, itu kita langsung periksa di laboratorium, kita harus lihat enzim hatinya berapa, apakah meningkatnya sampai lebih dari 500,” ungkapnya.
Namun, meski di Jawa Barat hingga saat ini belum terdapat kasus Hepatitis akut misterius, Nina menuturkan bahwa Dinkes Jabar sudah melakukan koordinasi dengan seluruh rumah sakit dan Dinkes yang ada di 27 Kabupaten/Kota untuk mencegah penyebaran virus hepatitis.
“Meskipun di Jawa Barat memang belum ada kasus (hepatitis akut) tapi kami sudah melakukan koordinasi, dan kemarin rapat 27 Kabupaten/Kota dan rumah sakit, kami meminta mereka untuk siap,” ucapnya
“Jadi artinya, nanti pasien yang memiliki kecenderungan dan diduga (bergejala Hepatitis akut), itu bisa ditindaklanjuti baik di Puskesmas maupun atau dirujuk ke rumah sakit yang ada,” pungkas Nina. (Mg4/wan)