Pesantren Tunanetra dan Kisah Para Penghafal Al-Quran Braille

“Beribadah. Biar bisa mendapatkan masa depan yang cerah dunia akhirat,” pungkasnya.

Tanpa Biaya

Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur tak mematok biaya bagi para santrinya. Meski gratis, santri dan santriwati masih diharuskan ‘membayar’. Membayar dengan belajar secara serius sepanjang masa pendidikan selama tiga tahun.

Sekretaris Umum Yayasan Netra Mulia Berkah, Dani Nurakhman mengaku, perihal pembiayaan selama pendidikan, santri memang dibebaskan dalam bayaran.

“Secara teknis tetap ‘berbiaya’, mereka tinggal ‘membayar’ dengan belajar, menghafal, dengan beraktivitas secara serius,” ungkap Dani Nurakhman kepada wartawan Jabar Ekspres, Selasa (5/4).

“Selain itu kami juga (hingga saat ini, red) bisa bertahan lewat bantuan donasi atau donatur. Baik pribadi maupun lembaga, baik lewat online maupun online,” sambungnya.

Dalam menjaga keberlangsungan pesantren tersebut, Dani mengungkapkan bahwa sejumlah ikhtiar terus dilakukan, mengingat pembiayaan operasional yang lumayan besar. Seperti keperluan biaya membayar asatid (guru), dan ketersediaan makan, dan lain-lain.

“Salah satu ikhtiar sebagai solusi mengatasi hal tersebut yakni lewat program orang tua asuh. Lalu pada prinsipnya kami juga bergerilya lewat crowfounding (penggalangan dana) atau campaign-campaign (kampanye),” imbuhnya.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, lanjut Dani, pihaknya pun beradaptasi dalam mencari calon donatur. Diantaranya dengan gencar berkampanye melalui akun media sosial.

“(Kampanye) lewat sosmed yang kami buat. Sampai saat ini memang belum banyak, tapi alhamdulillah muncul berbagai pertolongan yang tidak kita duga. Namun kami pun terus beriktiar dengan program tersebut,” pungkasnya. (zar)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan