Suhu Bandung Lebih Dingin, Begini Penjelasan BMKG

BANDUNG – Dalam satu pekan terakhir ini, suhu di Bandung lebih dingin dari biasanya. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perubahan cuaca ini disebabkan karena proses pendinginan evaporatif di wilayah Bandung Raya dan suhu muka laut wilayah Indonesia yang hangat akibat La Nina yang berkepanjangan.

Menanggapi hal ini Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, mengatakan bahwa observasi suhu minimum kota Bandung ada pada kisaran antara 20 derajat Celcius hingga 21 derajat Celcius. Sehingga menyebabkan suhu di Kota Bandung terasa dingin.

“Dalam 1 minggu terakhir ini suhu di wilayah Bandung Raya terasa dingin, walaupun secara observasi suhu minimum kota Bandung ada pada kisaran antara 20 derajat Celcius hingga 21 derajat Celcius. Padahal temperatur minimum kota Bandung dapat mencapai 18 derajat Celcius pada musim kemarau,” ujar Teguh melalui keterangan resmi, Rabu (6/4).

“Kondisi ini dirasakan ketika memasuki akhir musim hujan dan menuju musim peralihan,” tambahnya.

Teguh mengatakan, tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang disebabkan oleh faktor labilitas atmosferik juga berpengaruh dalam fenomena ini.

“Bulan April secara empiris merupakan akhir musim hujan di wilayah Bandung Raya, namun demikian curah hujan yang terjadi lebih tinggi dibandingkan curah hujan pada periode DJF. Kondisi ini, disebabkan tingginya aktivitas pembentukan awan konvektif yang disebabkan oleh faktor labilitas atmosferik lokal,” ujarnya.

Menurut teguh, proses pembentukan awan konvektif diawali oleh proses evaporasi. Proses evaporasi didominasi oleh proses perubahan fasa air, dari kondisi cair menjadi gas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pendinginan di lingkungan terjadinya evaporasi atau biasa disebut sebagai pendinginan evaporatif.

“Pendinginan evaporatif adalah pendinginan udara karena penyerapan panas laten molekul air. Ketika air menguap, proses penguapan membutuhkan energi panas (kalor) dari lingkungan agar penguapan terjadi. Dengan menghilangkan kalor dari udara, maka udara menjadi dingin,” kata Teguh.

Teguh memaparkan, hangatnya suhu muka laut wilayah Indonesia (IMC) akibat La Nina berkepanjangan, menyebabkan aktivitas terjadinya pusat tekanan rendah di sekitar IMC menjadi meningkat.

“Kondisi ini sering menyebabkan terjadinya angin kencang oleh karena adanya zona konvergensi di sekitar wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya,” kata Teguh.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan