Penting Membuka Pintu Untuk Para Atlet Esports Perempuan

Jabarekspres.com – Di lansir esportnesia, perkembangan esports yang terlihat saat ini masih cukup di dominasi oleh laki-laki. Ruang perempuan di esports masih sangat terbatas. Industri ini cenderung dilihat lebih ‘ramah’ dan ‘welcome’ untuk laki-laki. Apa yang sebenarnya terjadi di balik fenomena ini?

Beberapa waktu lalu, CSL Esports Marketing dan Social Media Manager, Haleigh Durkin berbagi cerita kepada Esports Observer tentang tantangan untuk membuat esports menjadi lebih ‘welcome’ kepada atlet esports wanita dalam industri ini.

Sejak kecil, Haleigh tumbuh dalam keluarga dimana video game adalah hal yang sama dengan pakaian yang akan ‘diwariskan’ secara turun temurun. Keluarganya menyukai olahraga tradisional dengan jiwa kompetitif yang kental, sehingga bermain game merupakan hal yang selalu terjadi.

Bertujuan untuk mengalahkan satu sama lain, Haleigh dan kakaknya selalu bermain game sampai di titik dimana mereka akhirnya bisa ‘menguasai’ Nintendo 64 dan PlayStation 2 di masa itu. Haleigh tumbuh untuk terus bermain game, di sela-sela waktu yang dia punya sebagai pelajar.

Untuk waktu yang lama, gagasan untuk bermain game sangatlah sederhana: saya menikmati video game, jadi saya memainkannya. Namun, seiring pertamabahan usia kita selalu dianggap tidak seharusnya menghabiskan waktu untuk bermain video game sebanyak saat kita muda, apalagi jika kamu anak perempuan.

Iklan untuk game terbaru selalu diisi mengaitkan anak laki-laki dengan desain visual kebiruan. Sedangkan untuk anak-anak perempuan, selalu dikaitkan dengan sesuatu yang lebih merah jambu.

Tidak hanya sampai di sana, masih ada lagi anggapan yang beredar di kalangan mereka yang dewasa, bahwa bermain video game hanya akan membuat anak menjadi tidak bergaul dengan anak-anak lain dan menjadi rentan kesepian.

Sebagai orang tua, tentu tidak ada yang ingin anaknya terluka. Namun, kita juga harus memikirkan batasan antara ‘melindungi’ anak-anaknya atau menahan minat mereka.

Semakin independen dan bertambah umur, alasan untuk ‘melindungi’ anak-anak dari video game semakin terasa abu-abu. Jawaban itu akhirnya didapatkan Haleigh saat mulai bermain video game online secara kompetitif.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan