Sunda Wiwitan mempunyai konsep tentang “Alam” yang khas. Dengan penggunaan huruf kapital dalam kata “Alam”, para penganut ajaran ini artinya tidak hanya menyembah roh-roh yang berada di dalam batu.
Agaknya konsep “Alam” dalam kepercayaan Sunda Wiwitan itu mirip dengan konsep Deus sive natura dalam pemikiran filsuf Spinoza: Dunia atau alam adalah “Tuhan”, namun “Tuhan” itu sendiri lebih dari sekadar dunia.
Konsep “Alam” atau ‘Tuhan” dalam ajaran ini tidak hanya mencakup alam materi, tetapi juga tentang sesuatu yang ada, pun yang bersifat ruhaniah.
Jika dalam filsafat Spinoza kita mengenal istilah “Subtansi”, maka para penganut ajaran ini menyebutnya sebagai Sang Hyang Kersa. Bagaimanapun, sistem kepercayaan ajaran ini mempunyai konsep “Tuhan” yang sangat khas.
Kekuasaan tertinggi berada pada Sang Hyang Kersa (Yang Mahakuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang Menghendaki). Dia juga disebut sebagai Batara Tunggal (Tuhan yang Mahaesa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Gaib). Dia bersemayam di Buana Nyungcung. Semua dewa dalam konsep Hindu (Brahma, Wishnu, Shiwa, Indra, Yama, dan lain-lain) tunduk kepada Batara Seda Niskala (Ekadjati, 1995: 73).
Ia menciptakan manusia yang dinaungi oleh tiga alam, berdasarkan pantun mengenai mitologi orang Kanekes:
Buana Nyungcung: tempat bersemayam Sang Hyang Kersa, yang letaknya paling atas
Buana Panca Tengah: tempat berdiam manusia dan makhluk lainnya, letaknya di tengah
Buana Larang: neraka, letaknya paling bawah
Antara Buana Nyungcung dan Buana Panca Tengah terdapat 18 lapis alam yang tersusun dari atas ke bawah. Lapisan teratas bernama Bumi Suci Alam Padang atau menurut kropak 630 bernama Alam Kahyangan atau Mandala Hyang. Lapisan alam kedua tertinggi itu merupakan alam tempat tinggal Nyi Pohaci Sanghyang Asri dan Sunan Ambu.
Sang Hyang Kersa menurunkan tujuh batara di Sasaka Pusaka Buana. Salah satu dari tujuh batara itu adalah Batara Cikal, paling tua yang dianggap sebagai leluhur orang Kanekes. Keturunan lainnya merupakan batara-batara yang memerintah di berbagai wilayah lainnya di tanah Sunda. Pengertian nurunkeun (menurunkan) batara ini bukan melahirkan tetapi mengadakan atau menciptakan.