Jabarekspres.com – Korsel kini telah menemukan sosok presiden baru bernama Yoon Suk Yeol. Banyak yang mendukung Yoon sebab janji-janji yang di berikan terutama terkait isu kesetaraan gender.
Yoon, sosok presiden baru tersebut telah menggunakan kata anti-feminisme sebagai senjata untuk memenangkan pemilu tersebut. Di ketahui, kebanyakan yang mendukungnya ialah pria muda berusia 30 tahun ke-bawah.
Hal tersebut membangkitkan gerakan anti-feminisme yang selama ini sempat redam oleh pemerintahan mantan presiden, Moon.
Memang, sudah beberapa tahun terakhir ini pemuda Korea Selatan merasa risi dengan aktivisme para feminis. Meskipun feminisme pada esensinya adalah usaha untuk memberdayakan perempuan agar dapat berprogres bersama laki-laki di ranah apa pun.
Tetapi segelintir pihak di Negeri Gingseng justru menganggapnya sebagai gerakan yang kebablasan sekaligus penuh ancaman. Mengutip media Foreign Policy, anak muda Korea Selatan memiliki perilaku seksis dan misoginis karena melihat diri mereka sebagai korban dari feminisme.
Laki-laki tersebut melihat perempuan sebagai ancaman karena menilai mereka mendapat perlakuan istimewa. Belum lagi ada isu tentang wajib militer untuk laki-laki yang dianggap menghambat karier mereka.
Seorang mahasiswa bernama Park mengatakan kepada CNN: “Tidak adil apabila hanya ada satu gender yang harus mengabdi (militer) selama usia awal 20-an. Kami seharusnya mengejar mimpi-mimpi kami (pada usia itu).”
Menurut laporan BBC pun, diskriminasi dan kebencian terhadap kaum perempuan di Korea Selatan masih banyak terjadi. Feminis di pandang sebelah mata, karena dianggap sebagai pembenci laki-laki.
Dan menurut Hawon Jung, penulis buku gerakan #MeToo di Korea Selatan, ada dua hal yang memicu gerakan anti feminis di negara tersebut. Pertama ialah gerakan `Cut The Corset` pada 2018 silam, yakni aksi menantang standar kecantikan dengan mengenakan potongan rambut pendek dan tanpa make-up.
Faktor kedua ialah ketatnya persaingan masuk perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan di Korea Selatan. Beberapa laki-laki mengklaim telah di rugikan secara tidak adil.
Tetapi kenyataannya, perempuan di Korea Selatan hanya mendapatkan 63 persen dari gaji laki-laki.