Presiden Baru Korsel Yoon Suk Yeol, Sosok Anti-Feminisme

Jabarekspres.com – Mantan Jaksa Agung, Yoon Suk Yeol kini sudah resmi menjadi sosok presiden baru korsel menggantikan Moon. Resmi terpilih pada 9 Maret lalu, ia akan mulai bekerja pada Mei 2022.

Yoon Suk Yeol mengalahkan saingan utamanya Lee Jae-myung. Dari total 34 juta pemilih yang memberikan suara, sejumlah 48,56 persen memilih Yoon. Sementara, Jae-myung berada di urutan kedua dengan 47,83 persen.

“Ini adalah kemenangan orang-orang hebat,” kata Yoon pada Kamis, 10 Maret 2022. Ia pun menambahkan, “Sekarang kompetisi sudah berakhir. Kita semua harus bekerja sama untuk menjadi satu demi bangsa dan negara.”

Yoon Suk Yeol adalah sosok presiden baru Korsel yang sama sekali tidak memiliki pengalaman politik dan ia adalah presiden yang pertama tanpa pengalaman tersebut.

Yoon di kenal karena sikap tegas melawan korupsi saat bertugas sebagai jaksa penuntut negara. Ia akan menghadapi berbagai situasi kompleks di negerinya. Sebelumnya, ketika Yoon masih menjadi Jaksa Agung, ia terkenal berhasil memenjarakan orang-orang penting.

Ia memenjarakan dua mantan presiden dan pimpinan konglomerat Samsung atas tuduhan korupsi. Yoon juga di tugaskan untuk menjembatani kesenjangan politik yang parah dan membawa stabilitas ekonomi yang diredam oleh pandemi Covid-19.

Hal tersebut berpotensi mengantarkan era baru kebijakan yang semakin konservatif di hampir semua lini, terutama ketika menyangkut masalah gender.

Meskipun baru mengenal politik, presiden terpilih Korea Selatan dengan cepat membangun basis penggemar di antara warga senior dan pria muda yang membenci feminisme.

Beberapa kalangan menyamakan Yoon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45, Donald Trump, terutama dari sisi pandangan dan pengalaman di perpolitikan negara masing-masing.

Dia memiliki sikap yang lebih konfrontatif terhadap beberapa isu luar negeri di banding pendahulunya, dan telah berjanji untuk menghapus kementerian gender dan keluarga, menyalahkan feminisme atas rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan.

Yoon mengatakan bahwa kementerian itu memperlakukan pria seperti “calon penjahat”. Menurutnya kesetaraan hanya bisa di capai jika pria dan wanita tidak lagi di pisahkan berdasarkan jenis kelaminnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan