JAKARTA – Menyikapi harga minyak yang melambung, harga BBM di Indonesia juga diyakini akan berubah menyesuaikan dengan harga minyak di pasar global.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, SPBU swasta diyakini akan menyesuaikan harga jual BBM, sesuai dengan Perpres Nomor 69 Tahun 2021.
“Kenaikan harga BBM Umum sepertinya akan terjadi, apalagi untuk BBM yang dijual oleh SPBU Swasta. Hal ini memang sesuai dengan Perpres 69/2021 bahwa harga BBM Umum ditentukan oleh badan usaha,” ujar Mamit kepada Fin.co.id, saat dihubungi, Senin (28/2).
Mamit menambahkan untuk BBM produk Pertamina seharusnya juga disesuaikan. Setidaknya produk Pertadex, Dexlite dan Pertamax Turbo yang merupakan BBM non subsidi seharusnya disesuaikan.
Sementara itu untuk produk Pertamax dan juga Pertalite, seharusnya juga disesuaikan karena harga jual saat ini dibawah harga keekonomian dan merugikan Pertamina.
“Pertamax yang seharusnya BBM umum bisa dinaikan, tetapi pemerintah belum memberikan izin. Untuk Pertalite seharusnya juga bisa dinaikan karena kompensasi yang diberikan juga belum jelas. Statusnya juga masih setengah-setengah antara BBM penugasan dan BBM umum,” ujarnya.
Mamit menyebut, dampak dari kenaikan harga minyak dunia akibat krisis Rusia-Ukraina juga akan berpengaruh terhadap keuangan negara. Tak hanya BBM saja yang naik, kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi mendorong kenaikan harga LPG dan listrik juga.
“Subsidi sudah pasti membengkak, karena ICP (Indonesian Crude Price) mengalami kenaikan. Beban subsidi bbm dan listrik akan jauh meningkat karena acuan kita ICP. Selain itu, CAD (Current Account Deficit) juga meningkat jauh karena kita adalah net importir baik minyak mentah maupun produk termasuk juga LPG,” pungkas Mamit.
Diketahui, pasar energi dan komoditas sedang berada dalam kekacauan setelah negara-negara Barat mengeluarkan lebih banyak sanksi untuk mengisolasi Rusia menyusul invasinya ke Ukraina. Akibatnya harga minyak meroket di pembukaan Asia, Senin (28/2).
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) dan Brent melambung lebih dari 7 persen di awal perdagangan Asia. Saat ini, harga minyak WTI patokan Amerika Serikat, melonjak 6,03 persen atau USD5,52 menjadi USD97,11 per barel.