TANGERANG – Bencana terus memberikan dampak seperti jatuhnya korban jiwa maupun kerugian material. Hal itu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana di Istana Bogor, Rabu (23/2).
Jokowi menegaskan bahwa penanggulangan bencana harus dilakukan secara terpadu dan sistematis. Dia juga menyampaikan bahwa Indonesia telah memiliki Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020 – 2044.
“Tahapan harus dilakukan secara disiplin dan konsisten. Bangsa Indonesia harus tangguh terhadap bencana,” ujarnya.
Dalam rapat tersebut, Jokowi secara khusus menyampaikan lima arahan kepada BNPB sebagai pilar penanggulangan bencana.
Pertama, BNPB diharapkan untuk terus berbenah diri dengan budaya kerja dengan nilai-nilai berkualitas.
“Budaya kerja BNPB harus siaga, antisipatif, responsif dan adatif,” ucapnya.
Hal tersebut dilatarbelakangi bencana yang dapat terjadi setiap saat dan tidak terduga kekuatannya. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko bencana.
Kedua, upaya penanggulangan bencana harus berorientasi pada pencegahan. Bencana seperti gempa dan erupsi gunung api memang tidak dapat dicegah. Namun, ada kejadian bencana yang dapat dicegah, seperti banjir dan tanah longsor.
Jokowi mencontohkan upaya penghijauan dan penanaman vegetasi untuk pencegahan banjir dan tanah longsor.
“Di beberapa daerah ini dilakukan, di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, agar penanaman vetiver lebih digalakkan,” pesannya.
Upaya tersebut harus dilakukan secara sinergi antara BNPB dan kementerian hingga lembaga, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat.
Ketiga, infrastruktur yang dibangun untuk mengurangi risiko bencana harus terus ditingkatkan dan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.
Jokowi mencontohkan upaya penanaman vegetasi untuk mengurangi dampak bahaya tsunami dan cuaca ekstrim. Dia juga menggambarkan fenomena perubahan iklim dunia yang akan semakin mengerikan.
“Semua negara sudah ngeri dan sudah mengalami bencana yang sebelumnya tidak ada dan ada karena perubahan iklim,” katanya.
Mengantisipasi dan mengurangi dampak tsunami, Presiden mencontohkan penanaman mangrove dan tanaman asosiasi, seperti nipah, cemara pantai, ketapang, nyamplung dan kelapa.
Dia meminta untuk penanaman di daerah pesisir pantai yang memiliki potensi bahaya tsunami atau pun cuaca ekstrim. Kemudian, jalur evakuasi harus disiapkan dan instrumen peringatan dini untuk menyelamatkan nyawa manusia harus terus disiagakan.