BANDUNG – “TAHU habis. Buka kembali hari Kamis.” Tulisan dalam secarik kertas tersebut ditempelkan di salah satu pintu masuk ke pabrik produsen tahu sekitaran wilayah Sentra Tahu di Cibuntu, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada Senin (24/2) siang tadi.
Produksi benar-benar habis. Bukan sekadar habis. Sepanjang jalan Cibuntu yang di bagian depan gangnya berdiri gapura bertuliskan Sentra Tahu itu mendadak sepi betul bukan kepalang.
Satu, dua, tiga, bahkan seluruh pabrik tutup. Digembok. Adapun yang masih buka alias tidak tergembok, lowong melompong isi pabriknya. Tidak ada apa-apa di sana. Di dalamnya hanya tampak tumpukan tatakan yang biasa dipakai untuk menyimpan lusinan lebih tahu.
Begitu juga para pegawai ataupun perajin tempe tahu itu sendiri. Hal ini membikin kami sesuka hati memasuki pabrik yang sepi. “Sudah kayak libur nasional para tukang tahu ini mah, kang,” canda salah seorang perajin tahu.
Sebelumnya diketahui, pengusaha serta perajin tempe dan tahu secara sepakat mogok produksi selama tiga hari. Dari Senin (21/1) hari ini sampai Rabu (23/2). Hal ini merupakan imbas dari adanya kenaikan harga kacang kedelai.
Begitupun dengan kawasan sentra tahu Cibuntu. Pabrik-pabrik sudah sepi tidak beroperasi. “Pemilik pabrik mah, lagi liburan kang,” ungkap Suryo, 53, salah satu pegawai pabrik tahu.
Kami pun melipir ke sejumlah lokasi pabrik produksi tahu lainnya. Tidak jauh dari sana, wartawan Jabar Ekspres bertemu dengan sejumlah perajin tahu tempe di gang Sentra Tahu.
Salah satunya Iman Rahmat, 34, mengatakan bahwa aksi mogok produksi ini memang gegara kenaikan bahan baku tempe dan tahu, yaitu kedelai.
“Adapun untuk perajin tahu tempe mah, kalau merespon kenaikan kedelai ini, tinggal mengikuti range harga yang ada. Jadi, kisaran 10% sampai 25% kenaikannya dari harga awal saya jual,” katanya.
Kendati begitu, dalam aksi mogok produksi tersebut tidak ada sweeping dari pihak paguyubun. “Nggak ada aksi,” jawabnya singkat.
Sementara itu, Dede Tisna, 29, seorang pedagang tahu krispi di daerah Pasirkoja, kecewa dengan adanya kenaikan kedelai ditambah mogoknya produksian.