Banyak Rintangan, Pelaku IKM Teh Asal Kabupaten Bandung Tetap Bertahan

SOREANG – Pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) teh asal Ciwidey, Kabupaten Bandung, Yana Fauzi, terus menggeluti usahanya sejak tahun 2010, tepatnya setelah dirinya mengalami PHK di pekerjaan sebelumnya.

Setelah di PHK, dirinya belajar tentang teh lalu menjualnya. Ada berbagai macam teh yang dijual oleh Yana, seperti teh hijau, teh hitam, teh merah dan yang paling spesial adalah teh putih.

Saat ini, produk teh milik Yana dipasarkan ke Provinsi Jawa Tengah seperti Slawi dan Tegal. Katanya, ternyata di dalam negeri kualitas ekspor ini cukup baik pasarnya, karena banyak para packer atau pengemas.

“Setiap bulannya, sekitar 25 ton teh dikirim ke Jawa Tengah. Teh hijau dan teh hitam per 100 gram harganya Rp30 ribu dan teh putih di bandrol per 100 gramnya Rp300 ribu. Kita juga jual lewat pameran dan bazar atau via pesanan. Omset dengan situasi pandemi jelas merosot, tapi masih bisa jalan,” ungkap Yana yang merupakan Owner Kuncup Asamika, saat di wawancara, Minggu (21/2).

Yana menjelaskan, varian teh putih tersebut masuk dalam kategori first grade. Dulu, Yana bisa mengekspor teh putih hingga ke Maroko dan Taiwan. Tapi saat ini, hanya bisa menjual di dalam negeri.

“Kalau sekarang first gradenya cukup di dalam negeri saja. Kendalanya adalah persaingan dengan Vietnam, dulu kita bersaing dengan India dan Srilangka. Kalau sekarang di Asia Tenggara saja dengan Vietnam persaingannya cukup berat, Karena di Vietnam masih relatif murah segala sesuatunya, tapi kalau di Indonesia birokrasinya juga repot jadi ke harga makin tinggi,” kata Yana.

Yana mengaku mendapatkan kendala saat menjual produknya ke luar negeri atau melakukan ekspor. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya persaingan ketat antar negara. Oleh karenanya, pemerintah diharapkan menjalin kerjasama antar negara guna membantu pemasaran produk teh.

Terkait dengan ekspor, lanjut Yana, tergantung situasi dan peminatnya. Dirinya meminta pemerintah menjadi hubungan G to G atau pemerintah dengan pemerintah untuk membantu pemasaran teh ke luar negeri.

“Bantuan pemasaran juga, jadi pemerintah jangan hanya membangun di hulunya saja, tapi ke hilirnya juga, jadi G to G atau antara pemerintah dengan pemerintah. Kebetulan dari dewan teh Indonesia atau asosiasi teh Indonesia juga rajin bekerjasama dengan negera lain untuk pengekspor teh,” pungkas Yana. (yul)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan